Peradaban manusia tak pernah lepas dari perubahan yang terus-menerus. Kedinamisan peradaban tersebut dimulai dengan pengetahuaan yang terbentuk dari sebuah pengalaman pribadi atau dari orang lain yang lebih dulu mengetahui suatu pengetahuan yang kemudian diajarkan pada seorang atau komunitas masyarakat yang lain.
Manusia pertama yang mengenal sistem pendidikan pertama kali adalah nabi adam. As. pada waktu itu Ia mendapat pengajaran langsung dari Allah swt.
Allah swt. Mengajarkan pada nabi Adam nama-nama yang ada di bumi. Dan selanjutnya Allah swt. Memamerkan keberhasilan nabi Adam dalam menerima pendidikan tersebut pada seluruh malaikat.
seperti dijelaskan dalam surah al baqoroh ayat 31
" Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Menyimak prosesi pendidikan yang diterapkan Allah pada nabi adam maka dapat disimpulkan bahwa yang terpenting untuk memulai pendidikan pada seseorang yang baru mengenal lingkungan adalah dengan mengajarkan tentang nama-nama dari materi di lingkungannya. Nabi Adam as. pada waktu itu menjadi manusia pertama yang baru saja mengengal lingkungan yaitu “dunia” dimana sebelumnya Adam adalah penghuni surga. Dan Allah memulai pendidikannya pada nabi Adam dengan mengenalkan nama-nama materi yang ada di bumi.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan yang efektif diterapkan pada anak didik yang baru mengenal lingkungan atau komunitas yang baru adalah dengan memperkenalkan nama-nama, identitas materi atau tempat yang ada disekitarnya. Dengan mengetahui nama-nama materi disekitar, anak didik akan dengan mudah melanjutkan pendidikannya dengan lebih lanjut.
Dalam sistem pendidikan yang sudah diterapkan dan yang sudah sering kita lihat, banyak menerapkan metode pengenalan nama tersebut. Seperti dalam pelajaran bahasa inggris tingkat sekolah dasar. Metode awal adalah dengan mengenalkan bahasa inggris dari benda sekitar yang mudah di temui. Atau prosesi MOS atau OSPEK bagi calon siswa baru. Dalam MOS atau OSPEK anak didik sebagai masyarakat baru dilingkungan sekolah dikenalkan pada sesuatu yang berkenaan dengan satuan pendidikan terkait, tentang denah lokasi, peraturan, tata tertib dan banyak hal yang berhubungan dengan pemaksimalan proses pendidikan yang akan ditempuhnya. Metode tersebut sangat layak diaplikasikan dengan menimbang nilai efektifitas yang sangat besar. Dampak positif yang diterima anak didik manakala ia dimaksimalkan dalam penguasaan nama-nama atau identitas-identitas tentang materi yang berhubungan dengan konsen pedidikannya, akan berdampak pada menguatnya rasa percayara diri untuk menguasai materi pelajaran dengan lebih efisien.
Anak didik yang banyak menguasai banyak definisi-definisi, rumus-rumus atau kosa-kata akan cenderung lebih siap untuk menguasai secara penuh terhadap pembahasan materi pendidikan yang lebih mendalam dibandingkan dengan anak didik yang kurang menguasainya.
Ketika sang guru sudah mengajarkan banyak hal tentang nama-nama, kosa-kata kosa-kata, atau devinisi-devinisi yang dibutuhkan anak didik dalam konsen pendidikan yang dipilih dan ditempuhnya, maka selanjutnya tugas anak-didik adalah menghafalkan dan memahami yang diajarkan sang guru diluar kepala.
Menurut fakta dilapangan, seseorang yang dianggap mumpuni dalam satu bidang keilmuan, yaitu seorang yang sangat hafal dan faham cabang ilmu yang dikuasainya. Dapat diilustrasikan manakala ada seorang yang sudah diakui tentang kepakarannya disatu bidang ilmu tertentu misalnya, sedangkan ia ketika ditanya tentang satu permasalahan yang seharusnya ia mampu dan mudah menjawabnya, ia berkata : “sebentar saya tidak bisa menjawab pertanyaan anda sekarang, saya tidak hafal dan saya harus melihat buku, saya lupa jawaban dari pertanyaan anda”. Jika hal tersebut terjadi, apa yang terlintas dibenak si penanya terhadap kepakaran seseorang yang telah diakui banyak orang tersebut?, tentu semua orang akan ragu dan mempertanyakan tentang kepakaran orang tersebut. Begitu juga dengan seorang dosen atau bahkan guru besar sekalipun, kalau dalam memberikan materi dengan cara membaca, ia tidak hafal, maka para mahasiswa akan meragukan kepandaian seorang dosen tersebut. Berbeda jika si dosen dengan durasi tiga jam ia mampu memaparkan lika-liku materi dengan tanpa melihat buku sedikitpun, maka di mata mahasiswanya ia akan benar-benar diakui ke-dosenan-nya. Imam As Syafi’i berkata : Tidaklah seseorang dikatakan berilmu kecuali ilmunya sudah mendarah-daging
Menurut fakta dilapangan, seseorang yang dianggap mumpuni dalam satu bidang keilmuan, yaitu seorang yang sangat hafal dan faham cabang ilmu yang dikuasainya. Dapat diilustrasikan manakala ada seorang yang sudah diakui tentang kepakarannya disatu bidang ilmu tertentu misalnya, sedangkan ia ketika ditanya tentang satu permasalahan yang seharusnya ia mampu dan mudah menjawabnya, ia berkata : “sebentar saya tidak bisa menjawab pertanyaan anda sekarang, saya tidak hafal dan saya harus melihat buku, saya lupa jawaban dari pertanyaan anda”. Jika hal tersebut terjadi, apa yang terlintas dibenak si penanya terhadap kepakaran seseorang yang telah diakui banyak orang tersebut?, tentu semua orang akan ragu dan mempertanyakan tentang kepakaran orang tersebut. Begitu juga dengan seorang dosen atau bahkan guru besar sekalipun, kalau dalam memberikan materi dengan cara membaca, ia tidak hafal, maka para mahasiswa akan meragukan kepandaian seorang dosen tersebut. Berbeda jika si dosen dengan durasi tiga jam ia mampu memaparkan lika-liku materi dengan tanpa melihat buku sedikitpun, maka di mata mahasiswanya ia akan benar-benar diakui ke-dosenan-nya. Imam As Syafi’i berkata : Tidaklah seseorang dikatakan berilmu kecuali ilmunya sudah mendarah-daging
kolk, kediri 28-03-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar