Minggu, 27 November 2011

Ahlul Bait adalah keturunan Sayidatina Fatimah

Ada banyak hadis yang menjelaskan bahwa ahlul bait adalah keturunan Sayidatina Fatimah. Hadis-hadis ini mudah didapat dari berbagai sumber. Berikut ini beberapa hadis tersebut:

Sumber: https://www.facebook.com/topic.php?uid=89898810391&topic=15030

at-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadis daripada Ummul Mukminin Ummu Salamah r.a mengenai kisah turunnya surah Ahzab 33:

“Ayat ini (surah al-Ahzab: 33) turun di rumahku. Ketika itu Ali, Fatimah, Hasan dan Husain sedang berkumpul. Rasulullah menyelimuti mereka dengan sehelai kain kisa’ (jenis pakaian yang sangat longgar) lalu bersabda, “Ya Allah, mereka inilah ahlul baitku. Hilangkanlah kotoran (dosa) daripada mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.” 

Hadis ini juga diriwayatkan melalui pelbagai sanad dengan matan yang sedikit berbeda namun serupa maksudnya.

Dari hadis tersebut, jelaslah bahwa Ahlul Bait dalam ayat tersebut adalah terdiri daripada sayidina Ali ra, Sayidatina Fatimah ra, Sayidina Hasan ra dan Sayidina Husain ra, dan tentu saja termasuklah Rasulullah saw sendiri. 

Kemudian keturunan baginda Nabi saw adalah bernasab kepada sayidina Hasan dan Husain ra, karena hanya dari mereka berdualah keturunan Rasulullah saw ada hingga hari ini.

Salah satu keistimewaan sayidatina Fatimah az Zahra adalah dari keterangan Rasulullah SAW, bahwa anak-anak Fatimah r.a itu bernasab kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda ; Artinya :

“Semua bani Untsa (Manusia) mempunyai ikatan keturunan ke ayahnya, kecuali anak-anak Fatimah, maka kepada akulah(Rasulullah SAW) bersambung ikatan keturunan mereka dan akulah ayah-ayah mereka.” (H.R. Tabrani).

Imam Suyuti dalam kitab “Aljamik As Shohir” Juz 2 halaman 92. Menerangkan, bahwa Rasulullah pernah bersabda : Artinya : “Semua Bani Adam (Manusia) mempunyai ikatan keturunan dari ayah kecuali anak-anak Fatimah, maka akulah ayah mereka dan akulah Asobah mereka (Ikatan keturunan mereka).” (H.R. At-Tabrani dan Abu Ya’la).

Dalam tafsir Al-Manar Syekh Muhammad Abduh mengutip sabda Rasulullah SAW : Artinya : “Semua anak adam (Manusia) bernasab (ikatan keturunan) keayahnya kecuali anak-anak Fatimah, maka akulah(Rasulullah SAW) ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka". 

Rasulullah saw bersabda : Artinya : “Ketahuilah, sesungguhnya perumpamaan Ahlul Bait ku di antara kaliah adalah seperti kapal Nuh diantara kaumnya. Barang siapa menaikinya ia pun selamat dan siapa pun tertinggal olehnya ia pun tenggelam” (H.R. Muslim)

Selain itu, jika anda percaya hari Kiyamat, maka banyak disebutkan bahwa sebelum kiyamat akan muncul Imam Mahdi. Ini banyak disebut di dalam hadits. Siapakah imam Mahdi yang akan membela kaum muslim itu?

Dari Said bin al-Musayyab RH, dia berkata, “Kami berada bersama-sama dengan Ummu Salamah RA, lalu kami saling menyebut-nyebut al-Mahdi, maka dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Al-Mahdi adalah dari anak keturunan Fatimah.” (Ibnu Majah)

Ummu Salamah RA, Ummul Mukminin, menceritakan bahawa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Al-Mahdi adalah dari keturunanku, dari anak cucu Fatimah.” (Abu Daud & Ibnu Majah)

Dari Imran bin al-Husain RA katanya, Rasulullah SAW bersabda kepada anaknya Fatimah RA, “Khabarkanlah berita gembira, bahawa al-Mahdi itu adalah dari (keturunan) kamu.” (Ibnu Asakir)

Jadi kesimpulannya, keturunan baginda Nabi saw itu exist sampai sekarang bahkan sampai menjelang Kiyamat kelak. Dan mereka itu adalah dari jalur/nasab Sayidatina Fatimah dan Ali ra, Hasan ra, dan Husain ra.

Tokoh Liberal: Mun'im A. Sirry


Beberapa waktu lalu ada yang berkomentar di blog saya bahwa ada penelitian yang menyatakan bahwa orang yang mengaku habib/sayid itu kebanyakan bukan benar-benar keturunan Nabi. Saya sendiri belum membaca papernya, namun cuma dapat informasi bahwa pengarangnya adalah "Mun'im A Sirry". Saya cek tentang orang ini, ternyata dia adalah tokoh liberal. Berikut ini keterangan tentang pengarang tersebut:

Sumber: http://vuax.blogspot.com/2011/06/membuka-kedok-tokoh-tokoh-liberal-dalam.html

Mun'im A. Sirry, Dia adalah peneliti pada Yayasan Wakaf Paramadina. Ia pernah nyantri di Pondok Pesantren TMI al-Amien Prenduan Sumenep Madura (1983-1990) di bawah asuhan KH. Moh. Idris Jauhari. Ia menyelesaikan S1 dan S2 pada Faculty of Saria'a and Law International Islamic Univercity, Islamabad, Pakistan (1990-1996) dan menerima beasiswa Fullbright untuk melanjutkan studinya ke Amerika Serikat. Beberapa karya tulisnya adalah Membendung Militansi Agama (Jakarta: Penerbit Erlangga, September 2003), Dilema Islam Dilema Demokrasi: Pengalaman Baru Muslim dalam Transisi Indonesia (Jakarta: Gugus Media, Mei 2002), Sejarah Fiqih Islam: Sebuah Pengantar (Jakarta: Risalah Gusti, Juli 1995) ci-author Mutiara Terpendam: Perempuan Dalam Literatur Islam Klasik (Jakarta: Gramedia, 2002), Melawan Hegemoni Barat (Jakarta: Penerbit Lentera, 1999), editor dan penerjemah buku Islam Liberalisme Demokrasi (Jakarta: Paramadina, 2002). Menerjemahkan beberapa buku antara lain Islam Ditelanjangi.
"Prestasi" Mun'im dalam mengembangkan paham pluralisme di tanah air terukir dengan dikeluarkannya buku berjudul Fiqih Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif- Pluralis yang diterbitkan Yayasan Wakaf Paramadina bekerja sama dengan The Asia Foundation pada 2003. Buku ini cukup menghebohkan dan menuai banyak kritikan. Berbagai debat, diskusi, dan seminar diadakan membahas buku tersebut. Bahkan ada beberapa buku terbit khusus men-counter keberadaan buku tersebut. Walhasil, hanya dalam waktu 1,5 tahun buku Fiqih Lintas Agama sudah naik cetak sampai 7 kali cetak.
Buku tersebut ditulis bareng-bareng oleh sebuah tim yang terdiri dari Zainun Kamal, Nurcholish Majid, Masdar F. Mas'udi, Komaruddin Hidayat, Budhy Munawar-Rahman, Kautsar Azhari Noer, Zuhairi Misrawi, dan Ahmad Gaus AF. Dalam kata pengantarnya Mun'im menyatakan maksud dikeluarkannya buku tersebut.
"Sejauh yang kita amati, Fiqih klasik cenderung mengedepankan sudut pandang antagonistik bahkan penolakan terhadap komunitas agama lain. Banyak konsep Fiqih menempatkan penganut agama lain lebih rendah ketimbang umat Islam sehingga berimplikasi meng-exlude atau mendiskreditkan mereka. Buku ini lahir dari keprihatinan itu sembari bermaksud membuka lanskal keberagamaan yang lebih jauh terbuka dan toleran." (kata pengantar editor, hal. X)
Buku tersebut terdiri dari empat bagian. Bagian pertama tentang Pijakan Keislaman bagi Fiqih Lintas Agama (berisi Ajakan Titik Temu Antar Agama, Semua Agama adalah Kepasrahan kepada Tuhan, Konsep Ahli Kitab, Kesamaan Agama), bagian kedua tentang Fiqih yang Peka Keragaman Ritual Meneguhkan Inklusivisme Islam (berisi Mengucapkan Salam Kepada Non Muslim, Mengucapkan Selamat Natal dan Hari Raya Agama Lain, Menghadiri Perayaan Hari Besar Agama Lain, Do'a Bersama dan Mengijinkan Non Muslim Masuk Masjid), bagian ketiga tentang Menerima Agama Lain Membangun Sinergi Agama-Agama (berisi Fiqih Teosentris, Konsep Ahlu Dzimmah, Konsep Jizyah, Kawin Beda Agama, Waris Beda Agama, Budaya Menerima yang Lain) dan bagian terakhir tentang Meretas Kerjasama Lintas Agama (berisi Bentuk-bentuk Dialog Agama dan Bentuk-bentuk Kerjasama).
Dalam buku tersebut, tanggapan paling banyak adalah soal nikah beda agama. Dikatakan di dalam buku tersebut, "Soal pernikahan laki-laki non-Muslim dengan wanita Muslim merupakan wilayah ijtihadi dan terikat dengan konteks tertentu, diantaranya konteks dakwah Islam pada saat itu. Yang mana jumlah umat Islam tidak sebesar saat ini, sehingga pernikahan antar agama merupakan sesuatu yang terlarang. Karena kedudukannya sebagai hukum yang lahir atas proses ijtihad, maka amat dimungkinkan bila dicetuskan pendapat baru, bahwa wanita Muslim boleh menikah dengan laki-laki non-Muslim atau pernikahan beda agama secara lebih luas amat diperbolehkan, apa pun agama dan aliran kepercayaannya." (hal. 164)
Penutup
Kalau melihat apa yang pernah dikerjakannya, nampaknya memang betul-betul liberal.

Sabtu, 26 November 2011

Ziarah Kubur

Sumber: http://mubas.wen.ru/aqidah/09_Ziarah_Kubur.txt

ZIARAH KUBUR

Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni kuburan sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.

Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliau saw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi , dan berkali kali beliau saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam shahihain Bukhari dan Muslim, dan beliau saw bersabda : "Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan, maka sekarang ziarahlah". (Shahih Muslim hadits no.977 dan 1977)

Dan Rasulullah saw memerintahkan kita untuk mengucapkan salam untuk ahli kubur dengan ucapan "Assalaamu alaikum Ahladdiyaar minalmu minin walmuslimin, wa Innaa Insya Allah Lalaahiquun, As alullah lana wa lakumul aafiah.." (Salam sejahtera atas kalian wahai penduduk penduduk dari Mukminin dan Muslimin, Semoga kasih sayang Allah atas yang terdahulu dan yang akan datang, dan Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian) (Shahih Muslim hadits no 974, 975, 976). Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw bersalam pada Ahli Kubur dan mengajak mereka berbincang-bincang dengan  ucapan "Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian".

Rasul saw berbicara kepada yang mati sebagaimana selepas perang Badr, Rasul saw mengunjungi mayat mayat orang kafir, lalu Rasulullah saw berkata : "wahai Abu Jahal bin Hisyam, wahai Umayyah bin Khalf, wahai  Utbah bin Rabi , wahai syaibah bin rabi ah, bukankah kalian telah dapatkan apa yang dijanjikan Allah pada kalian..!, sungguh aku telah menemukan janji tuhanku benar..!", maka berkatalah Umar bin Khattab ra : "wahai rasulullah.., kau berbicara pada bangkai, dan bagaimana mereka mendengar ucapanmu", Rasul saw menjawab : "Demi (Allah) Yang diriku dalam genggamannya, engkau tak lebih mendengar dari mereka (engkau dan mereka sama sama mendengarku), akan tetapi mereka tak mampu menjawab" (shahih Muslim hadits no.6498).

Makna ayat : "Sungguh Engkau tak akan didengar oleh yang telah mati".
Berkata Imam Qurtubi dalam tafsirnya makna ayat ini bahwa yang dimaksud orang yang telah mati adalah orang kafir yang telah mati hatinya dengan kekufuran, dan Imam Qurtubi menukil hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasul saw berbicara dengan orang mati dari kafir Quraisy yang terbunuh di perang Badr. (Tafsir Qurtubi Juz 13 hal 232).

Berkata Imam Attabari rahimahullah dalam tafsirnya bahwa makna ayat itu : bahwa engkaua wahai Muhammad tak akan bisa memberikan kefahaman kepada orang yang telah dikunci Allah untuk tak memahami (Tafsir Imam Attabari Juz 20 hal 12, Juz 21 hal 55, )

Berkata Imam Ibn katsir rahimahullah dalam tafsirnya : "walaupun ada perbedaan pendapat tentang makna ucapan Rasul saw pada mayat mayat orang kafir pada peristiwa Badr, namun yang paling shahih diantara pendapat para ulama adalah riwayat Abdullah bin Umar ra dari riwayat riwayat shahih yang masyhur dengan berbagai riwayat, diantaranya riwayat yang paling masyhur adalah riwayat Ibn Abdilbarr yang menshahihkan riwayat ini dari Ibn Abbas ra dengan riwayat Marfu  bahwa : "tiadalah seseorang berziarah ke makam saudara muslimnya didunia, terkecuali Allah datangkan ruhnya hingga menjawab salamnya", dan hal ini dikuatkan dengan dalil shahih (riwayat shahihain) bahwa Rasul saw memerintahkan mengucapkan salam pada ahlilkubur, dan salam hanyalah diucapkan pada yang hidup, dan salam hanya diucapkan pada yang hidup dan berakal dan mendengar, maka kalau bukan karena riwayat ini maka mereka (ahlil kubur) adalah sama dengan batu dan benda mati lainnya. Dan para salaf bersatu dalam satu pendapat tanpa ikhtilaf akan hal ini, dan telah muncul riwayat yang mutawatir (riwayat yang sangat banyak) dari mereka, bahwa Mayyit bergembira dengan kedatangan orang yang hidup ke kuburnya". Selesai ucapan Imam Ibn Katsir (Tafsir Imam Ibn Katsir Juz 3 hal 439).

Rasul saw bertanya2 tentang seorang wanita yang biasa berkhidmat di masjid, berkata para sahabat bahwa ia telah wafat, maka rasul saw bertanya : "mengapa kalian tak mengabarkan padaku, tunjukkan padaku kuburnya" seraya datang ke kuburnya dan menyolatkannya, lalu beliau saw bersabda : "Pemakaman ini penuh dengan kegelapan (siksaan), lalu Allah menerangi pekuburan ini dengan shalatku pada mereka" (shahih Muslim hadits no.956)

Abdullah bin Umar ra bila datang dari perjalanan dan tiba di Madinah maka ia segera masuk masjid dan mendatangi Kubur Nabi saw seraya berucap : Assalamualaika Yaa Rasulallah, Assalamualaika Yaa Ababakar, Assalamualaika Ya Abataah (wahai ayahku)". (Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.10051)

Berkata Abdullah bin Dinar ra : Kulihat Abdullah bin Umar ra berdiri di kubur Nabi saw dan bersalam pada Nabi saw lalu berdoa, lalu bersalam pada Abubakar dan Umar ra" (Sunan Imam Baihaqiy ALkubra hadits no.10052). Sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yang pergi haji, lalu menziarahi kuburku setelah aku wafat, maka sama saja dengan mengunjungiku saat aku hidup (Sunan Imam Baihaqiy Alkubra hadits no.10054).

Dan masih banyak lagi kejelasan dan memang tak pernah ada yang mengingkari ziarah kubur sejak Zaman Rasul saw hingga kini selama 14 abad (seribu empat ratus tahun lebih semua muslimin berziarah kubur, berdoa, bertawassul, bersalam dll tanpa ada yang mengharamkannya apalagi mengatakan musyrik kepada yang berziarah, hanya kini saja muncul dari kejahilan dan kerendahan pemahaman atas syariah, munculnya pengingkaran atas hal hal mulia ini yang hanya akan menipu orang awam, karena hujjah hujjah mereka Batil dan lemah.

Dan mengenai berdoa dikuburan sungguh hal ini adalah perbuatan sahabat radhiyallahu anhu sebagaimana riwayat diatas bahwa Ibn Umar ra berdoa dimakam Rasul saw, dan memang seluruh permukaan Bumi adalah milik Allah swt, boleh berdoa kepada Allah dimanapun, bahkan di toilet sekalipun boleh berdoa, lalu dimanakah dalilnya yang mengharamkan doa di kuburan, sungguh yang mengharamkan doa dikuburan adalah orang yang dangkal pemahamannya, karena doa boleh saja diseluruh muka bumi ini tanpa kecuali.

Walillahittaufiq

Kamis, 24 November 2011

Penjelasan Mengenai Penciptaan Nabi Adam

Sumber: http://kawansejati.ee.itb.ac.id/penjelasan-penciptaan-nabi-adam

Berikut ini beberapa ayat Al Quran yang menjelaskan mengenai penciptaan Adam a.s.

Al Baqarah

  • 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." [Al Baqarah 30]
  • 31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" [Al Baqarah 31
  • 32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana [Al Baqarah 32]
  • 33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" [Al Baqarah 33
  • 34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.  [Al Baqarah 34]
  • 35. Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. [Al Baqarah 35
  • 36. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." [Al Baqarah 36
  • 37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [Al Baqarah 37
  • 38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." [Al Baqarah 38
  • 39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. [Al Baqarah 39

Ali Imran

  • 59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.  [Ali Imran 59]

An Nisa

  • 1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. [An Nisaa 1

Al Hujuraat

  • 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [Al Hujuraat 13]

Al A'raf

  • 189. Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur." [Al A'raf 189
  • 11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. [Al A'raf 11
  • 12. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah."  [Al A'raf 12] 
  • 13. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." [Al A'raf 13] 
  • 14. Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan."  [Al A'raf 14] 
  • 15. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."  [Al A'raf 15] 
  • 16. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,  [Al A'raf 16] 
  • 17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).  [Al A'raf 17] 
  • 18. Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya." [Al A'raf 18] 

  • 19. (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim."  [Al A'raf 19] 
  • 20. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)." [Al A'raf 20] 
  • 21. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua",  [Al A'raf 21] 
  • 22. maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"  [Al A'raf 22] 
  • 23. Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.  [Al A'raf 23] 
  • 24. Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan."  [Al A'raf 24] 
  • 25. Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.  [Al A'raf 25] 

Thaaha

  • 55. Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,  [Thaaha 55]

Al Hijr

  • 26. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. [Al Hijr 26
  • 27. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. 
  • 28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk
  • 29. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796]
  • 30. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, 
  • 31. kecuali iblis. Ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu. 
  • 32. Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?"

  • 33. Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" 
  • 34. Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, 
  • 35. dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat." 
  • 36. Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan[797]
  • 37. Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, 
  • 38. sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan[798]
  • 39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, 
  • 40. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[799] di antara mereka." 
  • 41. Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya)[800]
  • 42. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. 
  • 43. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. 
  • 44. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. 

Al Isra'

  • 61. Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" [Al Isra 61]
  • 62. Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil."

  • 63. Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. 
  • 64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[861]
  • 65. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga." 

Al Kahfi

  • 50. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam[884], maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.  [Al Kahfi 50]

Thaaha

  • 115. Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan[947] kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.  [Thaaha 115]
  • 116. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang.
  • 117. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.
  • 118. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, 
  • 119. dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya." 
  • 120. Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi[948] dan kerajaan yang tidak akan binasa?" 
  • 121. Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia[949]
  • 122. Kemudian Tuhannya memilihnya[950] maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. 
  • 123. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. 
  • 124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." 
  • 125. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" 
  • 126. Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan." 

Shaad

  • 67. Katakanlah: "Berita itu adalah berita yang besar,  [Shaad 67]
  • 68. yang kamu berpaling daripadanya. 
  • 69. Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang al mala'ul a'la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan. 
  • 70. Tidak diwahyukan kepadaku, melainkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata." 
  • 71. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah." 
  • 72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya." 
  • 73. Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, 
  • 74. kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. 
  • 75. Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?." 
  • 76. Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." 
  • 77. Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,

  • 78. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." 
  • 79. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan." 
  • 80. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, 
  • 81. sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)." 
  • 82. Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, 
  • 83. kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka[1304]
  • 84. Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan." 
  • 85. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. 
  • 86. Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. 
  • 87. Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. 
  • 88. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi[1305].

Daftar ini diambil dari buku "Kisah Para Nabi" karangan Ibnu Katsir

Jumat, 11 November 2011

Amalan wanita yang pertama masuk surga


Tulisan cukup detail tentang wanita pertama yang masuk surga. Tulisan ini ada beberapa versi, namun bagian yang ada 'nafsu syahwat' biasanya di versi lain tidak ada :). Ini contoh versi lain yang lebih pendek.

=waskita=

Sumber http://warkahilmu.blogspot.com/2011/04/siapa-muthiah.html

==========================================

Siapakah sebenarnya wanita yang pertama akan masuk syurga sebelum Fatimah binti Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam?

Dalam sebuah hadis menceritakan, antara kegemaran Rasulullah adalah suka bergurau yang sopan untuk memberi pengajaran. Suatu hari ketika Rasulullah sedang melayani puteri kesayangannya, Fatimah, baginda bersabda, “Wahai anakandaku! Ketahuilah olehmu bahwa ada seorang perempuan kebanyakan akan masuk syurga terlebih dahulu daripadamu.”

Mendengar kata-kata ayahandanya, serta merta berubahlah air muka Fatimah. Bertanya dia kepada baginda sambil menangis, “Siapakah perempuan itu wahai ayahanda, bagaimana keadaannya dan bagaimana pula amal ibadatnya sehingga dia terlebih dahulu masuk syurga daripada anakanda? Khabarkanlah di mana dia sekarang, anakanda mau jumpa dia.”

Lalu Rasulullah menjelaskan, “Dia adalah seorang wanita yang miskin, tinggal di sebuah kampung kawasan pedalaman dekat Jabal Uhud, kira-kira 3 mil dari Kota Madinah. Nama Perempuan itu ialah Muthi'ah.”

Tanpa membuang waktu, setelah mendapat keizinan ayahandanya, Fatimah pun keluar mencari perempuan yang dikatakan oleh Rasulullah itu.

Setelah bertanya kepada penduduk setempat, banyak yang tidak tahu dan mengenali perempuan bernama Muthi'ah ini. Dia bukan perempuan yang terkenal. Masing-masing mengatakan tidak pernah mendengar dan tidak mengetahui hal perempuan ini.

Setelah berbagai usaha mencarinya, dengan izin Allah, akhirnya berjumpalah Fatimah dengan rumah perempuan yang dimaksudkan itu. Rumah Muthi'ah berada di kawasan pedalaman, jauh daripada orang. Mungkin sebab itulah susah mencarinya.

Setelah memberi salam dan beberapa kali mengetuk pintu, hanya suara saja kedengaran menjawab salam dari dalam sedangkan orangnya belum juga muncul. Setelah agak lama Fatimah menunggu, penghuni rumah itu pun menjenguk di jendela, sambil bertanya siapakah gerangan di luar dan apakah hajat kedatangannya. Dia tidak mempersilakan tetamunya itu masuk. Mereka hanya bercakap melalui jendela saja.

Fatimah memperkenalkan dirinya: “Saya Fatimah binti Rasulullah, datang kemari karena hendak berjumpa dan berkenalan dengan kamu.”

Mendengar tetamu yang datang itu ialah anakanda Rasulullah, maka perempuan itu menjawab: “Terima kasih karena datang ke rumah saya, tetapi saya tidak dapat mengizinkan kamu masuk karena suami saya tidak ada di rumah. Nanti saya minta izin dulu apabila dia balik dari bekerja. Silakan datang esok hari sajalah.”

Dengan langkah yang amat berat, Fatimah pulang dengan perasaan yang sangat hampa karena tidak dapat berbincang panjang dan mengorek  rahasia amalannya.

Keesokannya, Fatimah datang lagi bersama-sama anaknya, Hasan. Segera setelah sampai dia memberi salam dan perempuan itu pun terus membuka pintu karena dia sudah mengetahui tetamu yang datang itu ialah Fatimah.

Apabila hendak mempersilakan masuk, tiba-tiba dia terlihat ada seorang anak kecil bersama-sama Fatimah lalu dia bertanya: “Fatimah, ini siapa?”

"Anak saya, Hasan,” sahut Fatimah.

Perempuan itu berkata, “Saya bersedih karena saya belum minta izin dari suami saya. Yang diizinkan hanyalah Fatimah seorang. Oleh itu saya perlu minta izin dahulu dari suami lagi. Silalah datang esok hari saja.”

Fatimah jadi serba salah. Akhirnya setelah berfikir panjang lebar, dia pun ambil keputusan untuk balik.

Keesokan harinya, Fatimah datang pula dengan membawa kedua-dua anaknya iaitu Hasan dan Husin. Setelah memberi salam, mereka segera disambut oleh penghuni rumah itu.

“Fatimah dengan Hasankah?” Tanya perempuan itu minta kepastian.

Jawab Fatimah, “Kami datang bertiga karena anak saya yang satu ini (Husin) mau ikut juga.”

“Fatimah, saya rasa bersedih lagi karena anak yang satu ini (Husin) belum saya minta izin dari suami saya. Silakan datang esok hari,” tegas perempuan itu.

Mendengarkan kata-kata itu, Fatimah tersipu-sipu menyahut, “Baiklah kalau begitu esok saya datang lagi kemari.”

Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, hatinya berkata-kata : “Perempuan ini takut benar akan suaminya, sehingga perkara yang sekecil begini pun dia tidak berani melakukannya. Jika dia benarkan aku masuk, takkanlah suaminya marah. Tak usahlah pandang aku ini siapa, anak siapa dan dua budak ini cucu siapa, pandanglah (hormatilah) aku ini sebagai tetamu yang datang dari jauh saja sudahlah,” bisik hatinya, kesal.

Dalam pada itu, sebaik-baik sahaja suaminya pulang, perempuan itu pun memberitahu tentang budak yang satu lagi ini. Suaminya terkejut dan hairan, “Kenapa engkau ragu sekali? Bukankah Fatimah itu puteri Rasulullahdan dua orang anaknya itu adalah cucu baginda? Lebih daripada itu pun engkau pantas benarkan karena keselamatan kita berdua kelak bergantung kepada keredhaan Rasulullah. Jangan sekali-kali engkau buat seperti itu lagi. Jika mereka datang lagi ke mari dengan membawa apa pun dan siapa pun, terimalah dengan baik, dan engkau hormatilah mereka semua sebagaimana yang pantas bagi darjat mereka.”

Sahut perempuan itu, “Baiklah, tetapi ampunkanlah kesalahan saya karena saya mengerti bahawa apa yang saya tahu, keselamatan diri saya juga bergantung pada keredhaan suamiku. Oleh itu, saya tidak berani membuat perkara yang akan membawa kemarahan atau menyakiti hati suamiku.”

“Terima kasih,” sahut suaminya. “Tapi takkanlah pula sampai engkau tidak menerima tetamu perempuan melainkan dengan izin aku, karena menghormati tetamu perempuan itu wajib pada adat dan agama kita.”

Pada hari berikutnya, Sayyidatuna Fatimah pun datang seperti yang dijanjikan dengan membawa dua orang puteranya itu. Setelah dijemput masuk dan dijamu dengan sedikit buah kurma dan air, mereka pun berkenalanlah serta memulakan perbincangan.

Pertanyaan Fatimah banyak berkisar mengenai rahasia amal ibadat yang menjadi penyebab Muthi'ah menjadi wanita pertama masuk syurga menurut ayahandanya. Setelah memperkenalkan dirinya, Muthi'ah menjawab semua pertanyaan Fatimah dengan ikhlas.

Katanya, “Tingkah laku saya biasa saja, tidak ada yang istimewa, amal ibadat pun biasa saja, malah Rasulullah lebih mengetahui akan segalanya. Saya hanya menuruti apa yang dianjurkan oleh baginda dalam hal kewajiban saya sebagai isteri. Antaranya:
1. Saya tidak boleh meninggalkan rumah jika suami saya keluar bekerja.
2. Saya tidak boleh menerima tamu (terutama lelaki) jika tiada keizinan suami.
3. Saya tidak akan berkeluh-kesah jika suami tidak mempunyai harta.
4. Saya berusaha agar suami saya senang dan cinta kepada saya.
5. Saya tidak cepat-cepat cemburu.
6. Saling mengerti dan menghargai antara kami berdua.

Soal berhias dan berdandan, menurut Mith'iah, dia hanya mengutamakan kecantikannya untuk suami, bukan untuk ditonton dan diperagakan kepada orang lain.

Sebagian riwayat menyatakan, Muth'iah mundar-mandir berjalan ke pintu rumahnya sambil memandang ke jalan seolah-olah sedang menantikan seseorang. Dia seolah-olah tidak begitu mempedulikan Fatimah.

Di tangannya terdapat tongkat dan sebuah wadah berisi air, manakala tangan sebelah lagi mengangkat ujung kainnya sehingga menampakkan betis dan sedikit bahagian pahanya. Wajahnya manis dengan senyuman.

Melihat keadaan Muth'iah yang agak aneh, Fatimah merasa gelisah karena dia rasa tidak dipedulikan. Fatimah bertanya: “Mengapa begini?”

Sahut Muth'iah: “Fatimah, harap maafkan saya karena saya sedang menantikan suami saya pulang.”

“Mengapa ada wadah air itu?” Tanya Sayyidatuna Fatimah. Jawab Muthi'ah jujur: “Kiranya suami saya dahaga pada ketika dia balik dari kerja, saya akan segera memberikan air ini kepadanya supaya tidak terlambat. Jika terlambat nanti dia akan marah kepada saya.”

Fatimah bertanya lagi: “Mengapa dengan rotan ini?” Jawab Muthi'ah, “Jika suami saya marah atau kurang layanan dari saya, mudahlah dia memukul saya dengan rotan ini.”

Kemudian Fatimah bertanya, “Mengapa diangkat kain sehingga menampakkan paha, bukankah itu tidak elok?” Maka Muthi'ah menjawab, “Jika dia berkehendakkan saya, lalu dia pandang saya begini, tentulah akan menambahkan nafsu syahwatnya dan memudahkan akan maksud hajatnya itu.”

Fatimah termenung lalu berkata dalam hatinya: “Jika beginilah kelakuan dan perangainya terhadap suami, tidak dapatlah aku mengikutnya. Wajarlah menurut ayahanda, dia terlebih dahulu masuk syurga daripada aku. Ternyata benarlah bahawa keselamatan wanita yang telah bersuami itu bergantung kepada ketaatan dan keredhaan suami terhadapnya.”

Fatimah minta diri. Dia terus pulang menghadap ayahandanya dan menceritakan segala yang berlaku.

“Wahai anakandaku, itulah rahasianya mengapa Muthi'ah wanita pertama masuk syurga,” kata baginda kepada Fatimah.

Dalam muram dan seakan-akan merajuk, Fatimah menjawab, “Anakanda tidak dapat meniru perangai dan amalan Muthi'ah.”

Melihat rintihan puterinya itu, Rasululah tersenyum sambil berkata, “Wahai anakandaku, janganlah anakanda susah hati. Perempuan yang anakanda jumpa itu (Muthi'ah) ialah perempuan yang akan memimpin dan memegang tali tunggangan anakanda tatkala anakanda masuk syurga nanti. Jadi dialah yang akan masuk terlebih dahulu daripada anakanda.”

Setelah mendengar penjelasan ayahandanya itu, barulah nampak Fatimah mulai gembira dan tersenyum.

Begitulah ganjaran yang Allah berikan kepada Muthi'ah. Semoga amalan yang dilakukannya itu sedikit sebanyak akan menjadi panduan dan dorongan kepada wanita-wanita terutama bagi mereka yang sudah berumahtangga.

Amalan wanita yang dihargai sama dengan jihad


Penuturan Asma’ binti Yazid, bahwa ia pernah datang kepada Nabi saw., dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku adalah utusan para wanita kepadamu… Sesungguhnya Allah SWT telah mengutusmu kepada laki-laki dan wanita seluruhnya hingga kami mengimanimu dan Tuhanmu. Namun, sungguh kami (kaum wanita) terbatasi dan terkurung oleh dinding-dinding rumah kalian (para suami), memenuhi syahwat kalian, dan mengandung anak-anak kalian. Sesungguhnya kalian, wahai para lelaki, mempunyai kelebihan daripada kami dengan berkumpul dan berjamaah, berkunjung kepada orang sakit, menyaksikan jenazah, menunaikan ibadah haji, dan—yang lebih mulia lagi dari semua itu—jihad di jalan Allah… Lalu adakah kemungkinan bagi kami untuk bisa menyamai kalian dalam kebaikan, wahai Rasulullah?”

Rasulullah saw. lalu menoleh kepada wanita itu seraya bersabda, “Pergilah kepada wanita mana saja dan beritahulah mereka, bahwa kebaikan salah seorang di antara kalian dalam memperlakukan suaminya, mencari keridhaan suaminya dan mengikuti keinginannya adalah mengalahkan semua itu!”

Mendengar sabda Rasul itu, wanita itu pun pergi seraya bersuka-cita (HR al-Baihaqi).

Referensi: http://mutiarahaticenter.blogspot.com/2010/06/muthiah.html

Beberapa hal yang disukai Nabi di dunia

Telah dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya (2/128), An Nasaai dalam "Isyratun-Nisaa"(7/61), dari jalan Sallam Abul Mundzir dari Tsabit dari Anas -rodliallohu anhu-  berkata : "Bersabda Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam "Telah dijadikan kecintaan kepadaku dari dunia : wanita, wangi-wangian, dan dijadikan penyejuk hatiku di dalam shalat." [Hadits ini hasan]

Bahkan disebutkan dalam Sunan An-Nasaai (6/217) dari hadits Anas -rodliallohu anhu-  berkata : "Tidak ada sesuatu yang paling disenangi Rasulullah '; setelah wanita dari kuda." [ hadits ini terdapat dalam "Al-Jami' Ash-Shahih Mimma Laisa Fis Shahihain" (3/344) karya Syaikh Al-Wadi'i Rahimahullah, dan beliau berkata tentang hadits ini : ini hadits hasan].




Dari Anas ra., Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Di antara duniamu yang dijadikan kecintaanku adalah wewangian dan wanita, dan telah dijadikan penyejuk hatiku di dalam solat.”
[H.R. Ahmad, An-Nasa’i, Hakim dan Al Baihaqi-hadis sahih]

Referensi:

Selasa, 08 November 2011

Ringkasan Pembagian Manusia di Akhirat

Berikut ini adalah pembagian manusia berdasarkan jalur yang akan dialami pada hari akhir nanti. Artikel ini adalah rangkuman dari artikel

Nama Golongan Hisab Neraka Surga
"Bi ghairi hisab" ( golongan yang tidak dikenakan hisab ) - - selamanya
"Ashabul yamin" ( golongan yang menerima suratan di tangan kanan ) ya - selamanya
"Ashabul A'raf" (golongan yang berada diantara syurga dan neraka) ya - selamanya
"Ashabus syimal" (golongan yang menerima suratan di tangan kiri) ya sempat di neraka sesuai dengan dosanya selamanya
Kafir ya tinggal di neraka selamanya -
Munafik ya tinggal di neraka selamanya -

Golongan bi Ghairi Hisab adalah orang-orang yang tidak mengalami hisab di hari akhir. Golongan ini terdiri dari :

  • Para nabi dan rasul
  • Para wali
  • Para syuhada (orang yang mati syahid)
  • Para orang yang sabar
  • Para ahli makrifat

Ashabul yamin adalah orang soleh yang amalannya lebih banyak dari kejahatannya. Golongan ini sempat mengalami hisab dan kemudian masuk ke surga yang kekal abadi.

Ashabul A'raf adalah orang beriman yang amal kebaikan dan kejahatannya itu sama banyak. Mereka akan masuk surga setelah ada penduduk surga yang mau membagi amal kebaikan untuk mereka.

Ashabul Syimal adalah orang mukmin yang jahat / durhaka. Aqidah mereka Islam, namun kejahatan yang mereka buat lebih banyak dari kebaikannya. Golongan ini masuk neraka dulu untuk menebus kejahatannya, baru kemudian dimasukkan ke dalam Surga.

Orang kafir adalah orang-orang yang dari segi aqidah/keyakinan menolak aqidah Islam dan menampakkannya secara terus terang.

Orang munafik adalah orang-orang yang dari keyakinannya menolak aqidah Islam, namun penampilan fisiknya seperti orang Islam biasa.

Amalan paling penting bagi seorang muslim adalah shalat, karena inilah yang paling pertama diperiksa pada waktu hisab. Menurut Imam Syafi'ie, orang yang menyatakan shalat tidak wajib adalah termasuk orang kafir, sedangkan jika ia tidak shalat namun masih menyatakan bahwa shalat itu wajib, masih termasuk mukmin. Namun demikian orang mukmin yang tidak shalat akan susah keluar dari golongan Ashabus syimal.

Orang yang tidak shalat, maka semua amal baiknya tertolak karena shalat ini yang diperiksa paling dulu. Ada juga orang yang penampilannya baik walaupun tidak aqidahnya menolak Islam; orang yang seperti ini Allah saja yang tahu apa akhir hidupnya. Bisa jadi penampilan masih terlihat baik karena belum terkena ujian. Kalau sudah ada ujian baru terlihat mana yang aqidahnya betul, mana munafik, mana yang sesungguhnya kafir.

Orang mukmin adalah orang yang mempunyai keyakinan / aqidah yang tepat dan ditunjang oleh ilmu, bukan sekadar keyakinan ikut-ikutan. Detail dari peringkat-peringkat iman dapat dilihat di [daftar peringkat iman]. Daftar hal-hal dalam akidah yang perlu ada ilmunya dapat dibaca di ringkasan aqidah. Jika aqidah tidak dikuasai ilmu dan pengamalannya, takut-takut di akhirat terjerumus ke Ashabus syimal atau kafir/munafik.

 

 

 

Selasa, 01 November 2011

Umur Umat Islam Dan Pemerintahan Islam

Menurut PBB, penduduk bumi sudah mencapai 7 milyar. Jumlah ini dianggap terlalu banyak, sampai ada orang yang sibuk menganjurkan orang supaya tidak punya anak lagi.

Namun demikian, sebenarnya ada isu lain yang lebih penting bagi umat Islam, yaitu isu "umur umat Islam 1500 tahun", dihitung sejak tahun 622M. Periode 1500 tahun dalam kalender Hijriah kurang lebih sama dengan 1450 tahun dalam kalender Masehi. Jadi kalau ini benar, umat Islam akan ada di muka bumi sampai dengan tahun 622+1450 = 2072M. Hmm, berapa ya penduduk bumi di tahun 2072? Hadis-hadis yang dipakai dan perhitungan yang menghasilkan angka 1500 tahun dapat dibaca di [sini] atau di [sini]. Pada tulisan ini saya ingin meninjau umur umat Islam dari sisi lain, yaitu dari fase pemerintahan Islam di muka bumi.

Dalam Islam, adanya pemerintahan sesuai syariat adalah kewajiban yang sifatnya fardhu kifayah. Pada saat ini di muka bumi sudah lama tidak ada pemerintahan Islam sejak tahun 1924, sehingga orang awam kalau ditanya tentang pemerintah Islam kebanyakan tidak paham. Kekosongan pemerintahan Islam di muka bumi sudah dikabarkan oleh Nabi akhir zaman dalam hadis tentang fase-fase pemerintahan Islam di muka bumi sebagai berikut:

Artinya: “Telah berlaku Zaman Kenabian ke atas kamu, maka berlakulah zaman kenabian itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkat zaman itu. Kemudian berlakulah Zaman Kekhalifahan (Khulafaur Rasyidin) yang berjalan seperti zaman kenabian. Maka berlakulah zaman itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya. Lalu berlakulah zaman pemerintahan yang menggigit (Zaman Fitnah). Berlakulah zaman itu sepertimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya. Kemudian berlakulah zaman penindasan dan penzaliman (Zaman Diktator) dan berlakulah zaman itu sepertimana yang Allah kehendaki. Kemudian berlaku pula Zaman Kekhalifahan (Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s.) yang berjalan di atas cara hidup Zaman Kenabian.” (Riwayat Ahmad)

Berdasarkan hadis di atas, dan hadis-hadis lain serta fakta-fakta sejarah, urutan adanya pemerintahan Islam dapat dituliskan sebagai berikut:

fase pemerintahan islam

Jika kita anggap, misalkan Imam Mahdi memerintah mulai pada tahun 2012, maka beliau akan memerintah sampai dengan tahun 2042/2052. Setelah itu akan dilanjutkan oleh pemerintahan Nabi Isa dan Al Qahtani, yang tidak disebutkan berapa lama. Setelah itu seluruh umat Islam akan dimatikan secara serentak di muka bumi yang berarti adalah akhir umur umat Islam. Setelah itu di muka bumi hanya akan ada orang bukan Islam, dan dunia tinggal menunggu datangnya kiamat. Jika dibandingkan dengan tahun 2072 sebagai akhir umur umat Islam, nampaknya masih berdekatan dengan kajian hadis tentang Imam Mahdi.

Kesimpulan

Jika Imam Mahdi muncul dalam waktu dekat ini, maka kajian tentang umur umat Islam 1500 tahun akan sesuai dengan hadis-hadis tentang fase pemerintahan Islam. Masalahnya sekarang tinggal: kapan Imam Mahdi muncul ?

Referensi

Minggu, 23 Oktober 2011

Tentang Qurban Dan Aqiqah

Kedua ibadah ini (qurban dan aqiqah) adalah termasuk amalan mulia dan penting dalam Islam karena amat besar fadhilatnya, tetapi malangnya masih banyak orang yang samar-samar atau kabur kefahaman mereka mengenainya, sehingga ada yang memandang ringan walaupun mempunyai kemampuan tetapi tidak mau melakukan penyembelihan qorban dan aqiqah ini. Semoga dengan penjelasan yang serba sedikit ini dapat membantu kefahaman kita semua tentang ibadat Qurban serta Aqiqah serta keinginan untuk sama-sama mencari pahala kedua ibadah ini akan meningkat.
Beberapa masalah yang dibahas:
  • Apakah sebenarnya qurban dan aqiqah itu?
  • Apakah hukum melakukannya?
  • Berapa kali kita dituntut melakukan qurban sepanjang hayat kita?
  • Apakah syarat-syarat binatang yang dikorbankan?
  • Apakah perbezaan antara qurban dan aqiqah?
  • Bolehkah seekor lembu dikongsi sebahagian untuk qurban dan sebahaian untuk aqiqah?
  • Apakah hikmah atau faedah yang bakal diperolehi kerana melakukan kedua-dua ibadah itu?

Tentang Qurban

Qurban ialah penyembelihan binatang qurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji (setelah solat 'Idil Adhha) dan hari-hari Tasyriq yaitu 11,12 dan 13 Zulhijjah karena beribadah kepada Allah s.w.t. , yaitu sebagai menghidupkan syariat Nabi Allah Ibrahim a.s. yang kemudiannya disyariatkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud:
"Dan telah Kami jadikan unta-unta itu sebahagian daripada syi'ar Allah, kamu memperolehi kebaikan yang banyak daripadanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah diikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur." (surah al-Haj:36)
"Maka dirikanlah solat kerana Tuhanmu dan berqurbanlah." (Surah al-Kauthar:2)
Dari Aisyah r.a Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda yang bermaksud:
"Tiada suatu amalan yang dilakukan oleh manusia pada Hari Raya Qurban, yang lebih dicintai Allah selain daripada menyembelih haiwan qurban. Sesungguhnya haiwan qurban itu pada hari kiamat kelak akan datang berserta dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya, dan sesungguhnya sebelum darah qurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima disisi Allah, maka beruntunglah kamu semua dengan (pahala) qurban itu." (Riwayat al-Tarmuzi, Ibnu Majah dan al-Hakim)
Zaid bin Arqam berkata:
"Mereka telah bertanya, Wahai Rasullullah, apakah Udhhiyah (Qurban) itu? Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: "Ia sunnah bagi bapa kamu Nabi Ibrahim." Mereka bertanya lagi: Apakah ia untuk kita? Rasulullah s.a.w. menjawab: "Dengan tiap-tiap helai bulu satu kebaikan." Mereka bertanya: "maka bulu yang halus pula? Rasullullah s.a.w bersabda yang bermaksud "Dengan tiap-tiap helai bulu yang halus itu satu kebaikan." (Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah)

Hukum Berqurban

Hukumnya Sunnat Muakkad (Sunnat yang dikuatkan) atas orang yang memenuhi syarat-syarat seperti berikut:
  • Islam
  • Merdeka (Bukan hamba)
  • Baligh lagi berakal
  • Mampu untuk berqurban
Sabda Rasullullah s.a.w yang bermaksud:
  • "Aku disuruh berqurban dan ia sunnat bagi kau." (Riwayat al-Turmuzi).
  • "Telah diwajibkan kepada ku qurban dan tidak wajib bagi kamu." (Riwayat Daruqutni)
  • Walaupun hukum berqurban itu sunnat tetapi ia boleh bertukar menjadi wajib jika dinazarkan. Sabda Rasullullah s.a.w yang bermaksud: "Sesiapa yang bernazar untuk melakukan taat kepada Allah, maka hendaklah dia melakukannya." (Silakan rujuk: Fiqh al-Sunnah)

Pelaksanaan Qurban

Binatang yang diqurbankan daripada jenis unta, lembu atau kerbau, kambing biasa yang berumur dua tahun, jika biri-biri telah berumur satu tahun atau telah gugur giginya sesudah enam bulan meskipun belum cukup satu tahun.
Binatang itu disyaratkan tidak cacat, tidak buta sebelah atau kedua-duanya, kakinya tidak pincang, tidak terlalu kurus, tidak terpotong lidahnya, tidak mengandung atau baru melahirkan anak, tidak berpenyakit atau berkudis. Binatang yang hendak disembelih itu mestilah sihat sehingga kita sayang kepadanya.
Waktu menyembelihnya sesudah terbit matahari pada Hari Raya Haji dan sesudah selesai solat 'Id dan dua khutbah pendek, tetapi afdhalnya ialah ketika matahari naik segalah pada Hari Raya Hhaji sehingga tiga hari sesuadah Hari Raya Haji (hari-hari Tastriq iaitu 11,12 dan 13 Zulhijjah)
Daging qurban sunnat, orang yang berkorban disunnatkan memakan sedikit daging qurbannya. Pembahagian daging qurban sunnat terdapat tiga cara yang utamanya adalah mengikut urutan sepererti berikut:
  • Lebih utama orang yang berqurban mengambil hati binatang qurbannya dan sisa seluruh dagingnya disedekahkan
  • Orang yang berqurban itu mengambil satu pertiga daripada jumlah daging qurban, dua pertiga lagi disedekahkannya.
  • Orang yang berqurban mengambil satu pertiga daripada jumlah daging, satu pertiga lagi disedekahkan kepada fakir miskin dan satu pertiga lagi dihadiahkan kepada orang yang mampu. Sabda Rasullullah s.a.w: "Makanlah oleh kamu sedekahkanlah dan simpanlah."

Hikmah Dan Fadhilat Qurban

  • Menghidupkan sunnah Nabi Allah Ibrahim a.s.
  • Mendidik jiwa kearah takwa dan mendekatkan diri kepada Allah s.w.t.
  • Mengikis sifat tamak dan mewujudkan sifat murah hati mau berbelanja harta kejalan Allah s.w.t.
  • Menghapuskan dosa dan mengharap keredhaan Allah s.w.t.
  • Menjalinkan hubungan kasih sayang sesama manusia terutama antara golongan berada dengan golongan yang kurang bernasib baik.
  • Akan memperolehi kenderaan atau tunggangan ketika meniti titian al-Sirat al-Mustaqim diakhirat kelak. Sabda Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud: "Muliakanlah qurban kamu kerana ia menjadi tunggangan kamu dititian pada hari kiamat."

Aqiqah untuk Anak

Aqiqah pengertiannya dari segi bahasa ialah rambut dikepala kanak-kanak. Sementara pengertian aqiqah dari segi syara ialah binatang yang disembelih pada hari mencukur rambut bayi. Aqiqah sebagai ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah s.w.t. sebagaimana penjelasan Rasulullah s.a.w. dengan sabdanya yang bermaksud: "Setiap anak yang lahir itu terpelihara dengan aqiqahnya yang disembelih untuknya pada hari ketujuh (daripada hari kelahirannya), dicukur dan diberi nama." (Riwayat Abu Dawud, al-Turmuzi dan Ibnu Majah)
Ibnu Majah menerangkan maksud "... terpelihara dengan aqiqahnya..." (pada mafhum hadis diatas) adalah bahawa aqiqah itu sebagai sebab yang melepaskan kanak-kanak tersebut daripada gangguan syaitan yang cuba menghilangkan daripadanya melakukan kebaikan.
Daripada Salman bin Amir al-Dhabley, bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda yang bermaksud: "Untuk anak lelaki itu aqiqahnya. Tumpahkan atasnya darah dan hilangkanlah daripadanya kekotoran dan najis." (Riwayat Abu Daqud, al-Turmuzi dan Ibnu Majah).
Menurut Imam Ahmad bin Hambal, bahawa apabila seseorang kanak-kanak itu mati dalam keadaan belum diaqiqahkan lagi, maka anak itu tidak dapat mensyafaatkan kedua-dua orang tuanya diakhirat kelak.

Hukum Aqiqah

Hukum aqiqah itu adalah sama dengan ibadah qurban iaitu Sunnat Muakkad kecuali dinazarkan menjadi wajib.
Penyembelihan aqiqah ialah pada hari ketujuh dari kelahiran bayi atau pada hari ke empat belas atau ke dua puluh satu. Jika tidak dapat maka bila-bila masa selagi anak itu belum baligh.
Jika anak telah baligh, maka gugur tuntutan atas walinya dan sunnat bagi dirinya (individu yang berkenaan) mengaqiqahkan untuk dirinya sendiri. Hal ini berdasarkan hadis dari Ahmad, Abu Dawud dan al-Tabrani, bahawa Rasulullah s.a.w. pernah mengaqiqahkan dirinya sendiri sesudah Baginda s.a.w. diangkat menjadi Rasul.
Anak zina, aqiqahnya sunnat atas ibunya kerana nafkah hidup anak zina itu tanggungan ibunya bukan bapanya. Demikian pendapat Syaikh Ibnu Hajar dan Syaikh Ramli, sedangkan Khatib Syarbini pula berpendapat, adalah tidak sunnat bagi ibu mengaqiqahkan anak zinanya meskipun si ibu memberi nafkah kepadanya.
Anak lelaki disembelihkan dua ekor kambing (tetapi sah sekiranya seekor) dan perempuan memadai dengan seekor kambing. Diriwayatkan daripada Aisyah, bahawa Rasulullah s.a.w. memerintahkan para sahabat agar menyembelih aqiqah untuk anak lelaki dua ekor kambing yang umurnya sama dan untuk anak perempuan seekor kambing. (Riwayat al-Turmuzi). Daripada Ibnu Abbas r.a. pula menyatakan. bahawa Rasullullah s.a.w. menyembelih aqiqah untuk Hasan dan Husin masing-masing dengan seekor kambing. (Riwayat Abu Dawud)

Hukum-hukum Lain Berkaitan Dengan Qurban Dan Aqiqah

Jika menyembelih qurban sendiri hendaklah berniat: "Aku jadikan binatang ini qurban untuk diriku kerana Allah Ta'ala" dan semacamnya
Jika penyembelihan aqiqah hendaklah berniat : "Aku jadikan penyembelihan binatang ini sebagai aqiqah untuk anakku kerana Allah Ta'ala."
Jika untuk tolong kepada orang lain maka hendaklah berakad yaitu dengan dua cara:
  • 1) Secara wakil, maka orang yang mewakilkan berkata: "Aku wakilkan atas diriku untuk menghasilkan penyembelihan qurban untuk diriku (atau aqiqah untuk anak ku...)." Orang yang menerima wakil menjawab: "Aku terima sebagai wakil untuk menghasilkan penyembelihan qurban untukmu (atau aqiqah untuk anakmu...)." (PERINGATAN: Orang yang menerima wakil hendaklah melaksanakan penyembelihan dan tidak boleh diserahkan tanggungjawab menyembelih kepada orang lain).
  • 2) Secara menyerahkan tanggungan dengan berkata: "Saya meletakkan atas zimmah tanggungan tuan untuk menghasilkan penyembelihan qurban untuk ku (atau aqiqah untuk anakku)." (PERINGATAN: Penerima jika tidak dapat menyempurnakan tanggungjawab yang diterima, boleh diserahkan kepada orang lain untuk menyempurnakan penyembelihan untuk orang-orang yang berakad tadi).
Daging qurban sunnat disedekahkan kepada fakir miskin atau dihadiahkan kepada orang yang mampu dalam bentuk masih mentah tetapi aqiqah sunnat dimasak dengan masakan jenis manis seperti kurma, kicap dan sebagainya.
Binatang unta, lembu atau kerbau boleh dibagi sebagian untuk qurban dan sebahagian untuk aqiqah.
Disunnatkan tulang-tulang binatang qurban itu tidak dipatahkan atau dipecahkan baik oleh orang yang mengaqiqahkan atau yang memakannya. Cuma hendaklah dipisahkan pada setiap persendian tulang. Sekiranya dipecahkan juga maka tidaklah pula makruh, tetapi khilaf aula (yakni bersalahan dengan yang utama).
Daging aqiqah atau qurban atau mana-mana bahagian dari binatang (seperti kulit, tulang dan sebagainya) tidak boleh dijadikan upah kepada orang yang menyembelih dan orang-orang yang menguruskan pemotongan. Upah untuk mereka jika diperlukan, maka hendaklah diberi dalam bentuk uang atau harta benda yang lainnya.
Orang kafir tidak boleh diberi makan daging aiqah atau daging qurban, sekiranya telah diberi umpamanya sekilo, maka wajib diganti dengan daging yang lain untuk memenuhi daging yang kurang itu.
Daging atau bagian manapun dari binatang qurban nazar atau aqiqah, haram dimakan atau diambil oleh orang yang melakukannya.

Qurban Dan Aqiqah Bersama-sama

Sekarang ini ada pihak tertentu seperti Masjid, Surau atau badan kebajikan dan orang perseorangan mendorong majlis Qurban dan Aqiqah secara beramai-ramai. Pada dasarnya amalan ini baik demi menggalakkan masyarakat Islam melakukan kedua ibadah yang sangat dituntut dalam Islam (Sunnat Muakkad). Namun yang demikian, beberapa syarat berikut ini hendaklah dipatuhi:
  • Pengurusan hendaklah dilakukan dengan betul, dengan penuh amanah dan tanggungjawab.
  • Harga yang dikenakan hendaklah dinyatakan termasuk kos pengurusan (Penyembelihan, kendaraan, upah menyembelih, melapah dan sebagainya jika memerlukan upah).
  • Hendaklah diadakan aqad atau ijab dan qabul antara orang yang melakukan qurban atau aqiqah dengan pihak pelaksana (AJK Qurban/ Aqiqah atau AJK Masjid/ Surau/ Badan Kebajikan/ Orang perseorangan

Referensi

Literatur tentang berjumpa dengan Rasulullah SAW


Beberapa buku yang membahas mengenai perjumpaan dengan Nabi:
  • Syaikh Yusuf bin Ismail Al-Nabhani, Metode Bertemu Nabi, Darul Hikmah 2008. Judul Asli: Sa'adatu a-Dararain fi al-Shalati 'ala Sayyidi al-Kaunaini. Penerjemah: Alwi Fuadi
  • Abu Anas Abdul Aziz, Jumpai Aku Ya Rasul, Pena Pundi Aksara 2008. Judul Asli: Ra'aitun Nabiyya saw. ; 100 qishshah haqiqiyyah li-man ra'au an-nabiyya. Penerjemah: Ahmad Shiddiq Thabrani, Lc. Link:Jumpai_Aku_Ya_Rasul
  • Husain Hasan Tomai, Masalah Berjumpa Rasulullah Ketika Jaga Selepas Wafatnya, Pustaka Aman Press Sdn BHD, 1989
Ilustrasi cover buku dan update selanjutnya dapat dilihat di laman berikut ini http://kawansejati.ee.itb.ac.id/wiki/index.php/Buku_yang_membahas_perjumpaan_dengan_Rasulullah

Mukjizat Kebenaran Perkataan Nabi Muhammad SAW tentang masa depan

Penterjemah: A.Abdurrahman Ahmad

Perkataan Rasulullah s.a.w tentang Aisyah r.a

Abu Nu'aim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw. Berkata kepada para istrinya, "Di antara kamu akan ada seseorang yang menunggangi unta merah, dan di sekitarnya banyak anjing yang menggonggong dan banyak orang yang meninggal dunia, tetapi ia akan selamat, padahal ia sudah hampir terbunuh."

Hal ini benar-benar terjadi. Yaitu kisah 'Aisyah r.a. ketika timbul pertempuran dengan Ali r.a., yang dikenal dengan perang Jamal. Kejadian ini terjadi di suatu tempat bernama Hawwab. Dan unta yang dikendarai oleh 'Aisyah r.a. pada saat itu berwarna merah. Juga, anjing-anjing di desa itu selalu menggonggong. Dan di Hawwab itulah dua pasukan bertempur. Banyak korban yang meninggal dunia. Hawwab adalah sebuah sumber air berupa kolam yang sangat besar.

Pada akhir malam, ketika menjalang fajar, Ali r.a. telah berjumpa dengan 'Aisyah r.a Untuk membicarakan tentang perdamaian dan menghakhiri pertempuran tersebut. Akan tetapi orang-orang yang mengaku sebagai pembunuh Utsman r.a. telah mengacaukannya dan mereka meluncurkan panah-panah mereka terhadap pasukan Ali r.a Kemudian mereka juga mengacaukan pasukan 'Aisyah r.a. Mereka menyebarkan berita kepada pasukan 'Aisyah r.a bahwa Ali adalah penipu. Sedangkan kepada pasukan Ali r.a disebarkan berita bahwa 'Aisyah r.a adalah orang yang tidak menepati janji. Pengacau ini terkenal bernama Abdullah bin Saba.

Setelah 'Aisyah r.a mengetahui tempat air tadi dan orang-orang memberitahukan kepadanya bahwa tempat itu adalah Hawwab, maka 'Aisyah r.a teringat akan apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw. Lalu 'Aisyah r.a berniat untuk kembali, akan tetapi Marwan telah membakar semangatnya untuk berjihad sampai mati syahid. Dikatakan oleh Marwan bahwa sumber air itu bukan Hawwab. Kemudian orang-orang yang bernafsu untuk meneruskan pertempuran, mendapatkan kesempatan untuk menyerang 'Aisyah r.a Mereka memotong tali unta yang berada di hitung untanya 'Aisyah. r.a, sehingga menyebabkan 'Aisyah r.a jatuh ke tanah. Kemudian saudaranya yaitu Muhammad bin Abu Bakar r.a mengangkatnya dan membawanya pergi.
Dalam peperangan ini 'Aisyah r.a bergabung bersama pasukan Tolhah dan Zubair r.a Sebenarnya hal ini merupakan kesalahfahaman saja. Bahwa orang-orang yang telah membunuh Utsman r.a mau membalas dendam, yaitu dengan menimbulkan kekacauan dalam pertempuran. Dengan tujuan untuk menunaikan hajat dan keinginan pribadi mereka.
Yang jelas, bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw. benar-benar terjadi.

Perkataan Rasulullah s.a.w tentang Zainab r.a.

Bukhari, Muslim meriwayatkan dari 'Aisyah r.a berkata, "Suatu ketika Rasulullah saw. Bersabda kepada istri-istri beliau, "istriku yang akan pertama kali berjumpa denganku ialah yang paling panjang tangannya.' Para istri Nabi saw. memahami kata-kata 'Athulu Hunna Yadan' dengan dzahirnya. Maka setelah wafatnya Rasulullah saw., mereka saling mengukur tangan-tangan di antara mereka. Siapakah yang akan meninggal pertama kali setelah Nabi saw. Padahal kata-kata beliau saw. Bermaksud orag yang paling rajin bersedekah.
Ternyata setelah Nabi saw. wafat, istri yang pertama kali wafat ialah Zainab r.a yang bergelar Ummul Massakin. Beliaulah di antara istri-istri Rasulullah yang paling rajin dalam bersedekah. Setelah kematian Zainab r.a., barulah para istri Nabi saw. Memahami apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw., mengenai makna panjang tangan tersebut.
Singkatnya, bahwa apa yang telah dikabarkan oleh Rasulullah benar-benar terjadi. Bahwa setelah wafatnya Nabi saw., akan disusul oleh wafatnya Zainab.r.a.

Perkataan Nabi s.a.w ke Ummu Fadhal

Abu Nu'aim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a Suatu ketika Ibu saya, Ummu Fadhal berjalan melewati Rasulullah saw., lalu Nabi saw. Bersabda. "Hai Ummu Fadhal, dari kehamilanmu kamu akan melahirkan seorang anak lelaki. Jika sudah lahir. Maka bawalah anak itu kepadaku"

Selanjutnya Ummu Fadhal r.a. bercerita ; Setelah anak saya lahir, ternyata benar bayi saya lelaki. Maka saya membawa bayi tersebut kehadapan Rasulullah saw., Lalu oleh Nabi saw. Diadzankan di telinga kanannya dan iqomah di telinga kirinya, dan keningnya dicium oleh Nabi saw. Sambil bersabda, "Namailah anak ini Abdullah dan sampaikan kepada bapaknya para khalifah ini". Mendengar perkataan ini, maka saya segera menyampaikannya kepada Abbas r.a Kemudian datanglah Abas r.a ke majlis Rasulullah untuk bertanya tentang kebenarannya. Jawab Nabi saw.,"Benar, anak ini (Abdullah bin Abbas) bapaknya para khalifah".

Dan apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw., memang menjadi kenyataan. Keturunan Abdullah bin Abbas r.a. menurunkan raja-raja keturanan Abbasiyah yang  memerintah selama 500 tahun.

Referensi 

Jumat, 21 Oktober 2011

Kisah Ummu Fadhal

Nama lengkapnya adalah Lubabah binti al-Harits bin Huzn bin Bajir bin Hilaliyah. Beliau adalah Lubabah al-Kubra, ia dikenal dengan kuniyahnya (Ummu Fadhl). Ummu Fadhl adalah salah satu dari empat wanita yang dinyatakan keimanannya oleh Rasulullah saw. Keempat wanita tersebut adalah Maimunah, Ummu Fadhl, Asma’ dan Salma.

Adapun Maimunah adalah Ummul Mukminin ra, saudara kandung dari Ummu Fadhl. Adapun Asma’ dan Salma adalah kedua saudarinya dari jalan ayahnya, sebab keduanya adalah putri dari ‘Umais.

Ummu Fadhl ra adalah istri dari Abbas, pamanda Rasulullah saw dan ibu dari enam orang yang mulia, pandai dan belum ada seorangwanita pun yang melahirkan laki-laki semisal mereka. Mereka adalah Fadhl, Abdullah al-Faqih, Ubaidullah al-Faqih, Ma’bad, Qatsam, dan Abdurrahman. Tentang Ummu Fadhl ini, Abdullah bin Yazid berkata, “Tiada seorang wanita pun yang melahirkan orang-orang terkemuka yang aku lihat sebagaimana enam putra Ummu Fadhl, putra dari dua orang tua yang mulia, pamanda Nabiyul Mushthafa yang mulia, penutup para rasul dan sebaik-baik rasul.”

Ummu Fadhl ra masuk Islam sebelum hijrah, beliau adalah wanita pertama yang masuk Islam setelah Khadijah (Ummul Mukminin ra), sebagaimana dituturkan oleh putra beliau Abdullah bin Abbas, “Aku dan ibuku adalah termasuk orang-orang yang tertindas dari wanita dan anak-anak.”

Ummu Fadhal termasuk wanita yang berkedudukan tinggi dan mulia di kalangan para wanita. Rasulullah saw terkadang mengunjungi beliau dan terkadang tidur siang di rumahnya.
Ummu Fadhal adalah seorang wanita yang pemberani dan beriman yang memerangi Abu Lahab (si musuh Allah) dan membunuhnya. Diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dari Ikrimah berkata, “Abu Rafi’ budak Rasulullah saw berkata, ‘Aku pernah menjadi budak Abbas, ketika Islam datang, maka Abbas masuk Islam yang kemudian disusul oleh Ummu Fadhal, namun Abbas masih disegani terhadap kaumnya.

Abu Lahab tidak dapat menyertai Perang Badar dan mewakilkannya kepada Ash bin Hisyam bin Mughirah, begitulah kebiasaan mereka manakala tidak dapat mengikuti suatu peperangan, maka dia mewakilkannya kepada orang lain. Tatkala datang kabar tentang musibah yang menimpa orang-orang Quraisy pada perang Badar yang mana Allah telah menghinakan dan merendahkan Abu Lahab. Adapun kami merasakan adanya kekuatan dan ‘izzah pada diri kami.

Aku adalah seorang laki-laki yang lemah, aku bekerja membuat gelas yang aku pahat di bebatuan sekitar zam-zam, demi Allah suatu ketika aku duduk sedangkan di dekatku ada Ummu Fadhal yang sedang duduk, sebelumnya kami berjalan, namun tidak ada kebaikan yang sampai kepada kami, tiba-tiba datanglah Abu Lahab dengan berlari, kemudian duduk, tatkala dia duduk tiba-tiba orang-orang berkata, ‘Ini dia Abu Sufyan bin Harits telah datang dari Badar’. Abu Lahab berkata, ‘Datanglah ke mari, sungguh aku menanti beritamu’.

Kemudian duduklah Abu Jahal dan orang-orang berdiri mengerumuni di sekitarnya. Berkatalah Abu Lahab, ‘Wahai putra saudaraku beritakanlah kepadaku bagaimana keadaan manusia (dalam perang Badar)?’ Abu Sufyan berkata, ‘Demi Allah, tatkala kami menjumpai mereka, tiba-tiba mereka tidak henti-hentinya menyerang pasukan kami, mereka memerangi kami sesuka mereka dan mereka menawan kami sesuka hati mereka. Demi Allah, sekalipun demikian, tatkala aku menghimpun pasukan, kami melihat ada sekelompok laki-laki yang berkuda hitam-putih berada di tengah-tengah manusia, demi Allah mereka tidak menginjakkan kakinya di tanah’.”

Abu Rafi’ berkata, “Aku mengangkat batu yang berada di tanganku, kemudian aku berkata, demi Allah itu adalah malaikat. Tiba-tiba Abu Lahab mengepalkan tangannya dan memukul aku dengan pukulan yang keras, maka aku telah membuatnya marah, kemudian dia menarikku dan membantingku ke tanah, selanjutnya dia dudukkan aku dan memukuli aku sedangkan aku adalah laki-laki yang lemah. Tiba-tiba berdirilah Ummu Fadhal mengambil sebuah tiang dari batu kemudian beliau pukulkan dengan keras mengenai kepala Abu Lahab sehingga melukainya dengan parah. Ummu Fadhal berkata, ‘Saya telah melemahkannya sehingga jatuhlah kredibilitasnya’.”

Kemudian bangunlah Abu Lahab dalam keadaan terhina, demi Allah dia tidak hidup setelah itu melainkan hanya tujuh malam hingga Allah menimpakan kepadanya penyakit bisul yang menyebabkan kematiannya.

Begitulah perlakuan seorang wanita muslimah yang pemberani terhadap musuh Allah sehingga gugurlah kesombongannya dan merosotlah kehormatannya karena ternoda. Alangkah bangganya sejarah Islam yang mencatat Ummu Fadhal ra sebagai teladan bagi para wanita yang dibina oleh Islam.

Ibnu Sa’ad menyebutkan di dalam Thabaqat al-Kubraa bahwa Ummu Fadhal suatu hari bermimpi dengan suatu mimpi yang menakjubkan, sehingga ia bersegera untuk mengadukannya kepada Rasulullah saw, ia berkata, “Wahai Rasulullah, saya bermimpi seolah-olah sebagian tubuhmu berada di rumahku.” Rasulullah saw bersabda, “Mimpimu bagus, kelak Fathimah melahirkan seorang anak laki-laki yang nanti akan engkau susui dengan susu yang engkau berikan buat anakmu (Qatsam).”

Ummu Fadhal keluar dengan membawa kegembiraan karena berita tersebut, dan tidak berselang lama Fathimah melahirkan Hasan bin Ali ra yang kemudian diasuh oleh Ummu Fadhal.

Ummu Fadhal berkata, “Suatu ketika aku mendatangi Rasulullah saw ra dengan membawa bayi tersebut, maka Rasulullah saw segera menggendong dan mencium bayi tersebut, namun tiba-tiba bayi tersebut mengencingi Rasulullah saw, lalu beliau bersabda, “Wahai Ummu Fadhal, peganglah anakku ini, karena dia telah mengencingiku.”

Ummu Fadhal berkata, “Maka aku ambil bayi tersebut dan aku cubit dia sehingga dia menangis.”Aku berkata, “Engkau telah menyusahkan Rasulullah saw, karena engkau telah mengencinginya.”Tatkala melihat bayi tersebut menangis, Rasulullah saw bersabda, “Wahai Ummu Fadhal, justru engkau telah menyusahkanku, karena engkau membuat anakku menangis.” Kemudian, Rasulullah saw meminta air lalu beliau percikkan ke tempat yang terkena air kencing tersebut, kemudian bersabda, “Jika bayi laki-laki, maka percikilah air, akan tetapi apabila bayi itu wanita maka cucilah.”

Di dalam riwayat yang lain, Ummu Fadhal berkata, “Lepaslah sarung Anda dan pakailah baju yang lain agar aku dapat mencucinya.” Namun, Nabi saw bersabda, “Yang dicuci hanyalah air kencing bayi wanita dan cukuplah diperciki dengan air apabila terkena air kencing bayi laki-laki.”

Di sisi yang lain, Ummu Fadhal ra mempelajari hadis Nabawi dari Rasulullah saw dan beliau meriwayatkan sebanyak tiga puluh hadis. Adapun yang meriwayatkan dari beliau adalah Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas), Tamam (yakni budaknya), Anas bin Malik dan yang lain.
Di antara peristiwa yang mengesankan Ummu Fadhal (Lubabah binti al-Harits) ra adalah tatkala banyak orang yang bertanya kepadabeliau mengenai hari Arafah, apakah Rasulullah saw berpuasa atau tidak? Untuk menghilangkan problem yang menimpa kaum muslimin tersebut, beliau dengan kebijakannya memanggil salah seorang anaknya kemudian menyuruhnya agar mengirimkan segelas susu kepada Rasulullah saw yang sedang berada di Arafah. Kemudian tatkala dia menemukan Nabi saw dengan dilihat oleh semua orang, beliau menerima segelas susu tersebut kemudian meminumnya.

Kemudian, wafatlah Ummu Fadhal pada masa khilafah Utsman bin Affan ra setelah meninggalkan untuk kita contoh yang baik yang patut ditiru sebagai ibu yang shalihah yang telah melahirkan tokoh semisal Abdullah bin Abbas, tokoh ulama umat ini dan Turjumanul Qur’an (pakar dalam hal tafsir Alquran). Demikian pula, beliau telah memberikan contoh yang terbaik bagi kita dalam hal kepahlawanan yang memancar dari akidah yang benar yang muncul darinya keberanian yang mampu menjatuhkan musuh Allah yang paling keras permusuhannya (yakni Abu Lahab).

Sumber: Nisaa’ Haular Rasuuli, Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Mushthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi

Referensi:  



Catatan



Kamis, 29 September 2011

Roh Dan Nafsu Ikut Tua Dengan Tuanya Badan

BERSABDA Rasulullah SAW :

Terjemahannya : Barang siapa yang mencapai umur 40 tahun tetapi kebaikannya tidak dapat mengatasi kejahatannya bersiap-siaplah untuk ke Neraka.

Mengapa hal itu dapat terjadi? Dan bagaimana kita bisa selamat dari kemungkinan buruk itu? Apa harapan pada mereka yang kini sudah berumur 40 tahun ke atas, tapi belum lagi melakukan amal-amal soleh yang diperintahkan oleh Allah SWT? Insya-Allah pada tulisan ini akan coba diuraikan jawabannya dengan izin Allah SWT.

Perkembangan Lahir Batin Manusia

Sudah ditetapkan oleh Allah, bahwa semua makhluk termasuk manusia lahir ke dunia dalam keadaan belum sempurna. Kesempurnaan dicapai sesudah beberapa tahun mengalami proses pertumbuhan dan pembesaran yang berangsur-angsur. Manusia sendiri mengalami lima peringkat:

  1. Peringkat bayi.
  2. Peringkat anak-anak.
  3. Peringkat remaja.
  4. Peringkat dewasa.
  5. Peringkat tua.

Tiap-tiap peringkat mengambil waktu bertahun-tahun sebelum memasuki peringkat berikutnya. Hingga akhirnya manusia memasuki peringkat yang menurun, yakni kembali seperti sifat asal. Akhirnya mati. Demikianlah sunnatulah yang akan terus-menerus terjadi selama dunia belum kiamat.

Dalam setiap peringkat, manusia bukan saja mengalami perubahan-perubahan fisik, tetapi juga akal, hati, perasaan, nafsu dan tenaga lahir maupun batin. Proses itu terjadi dengan perlahan-lahan hingga sukar untuk diikuti. Sadar-sadar, seseorang sudah beralih dari bayi kepada anak-anak, kepada remaja, kepada dewasa dan tua. Apabila terjadi peralihan seperti itu, maka yang kelihatan berubah ialah raut mukanya, ukuran badannya dan kekuatannya. Terjadi juga perubahan-perubahan yang tidak kelihatan tapi dapat dirasakan, yakni fikiran, perasaan, jiwa, nafsu dan tenaga. Semuanya meningkat kepada kematangan yang memuncak, kemudian menurun kepada sifat asal. Proses ini mengambil waktu lebih 60 tahun untuk mencapai kesempurnaannya. Manusia yang umurnya tidak selama itu, tidak sempat mengalami kesempurnaan dalam pertumbuhan lahir batinnya.

Dari lima peringkat peralihan yang dialami oleh manusla itu, peringkat kematangan yang tertinggi ialah peringkat dewasa dan yang paling lemah ialah di peringkat bayi dan peringkat tua. Lihat firman Allah:

Terjemahnya: Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dan ketika, sedang dia saat itu belum merupakan sesuatu yang dapar disebut. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Al Insan: 1-2)

Firman-Nya lagi :

Terjemahnya: Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurya niscaya Kami kembalikan dia kepada asal kejadiannya (lemah dan kurang akal). Maka apakah mereka tidak memikirkan? (Yaasin: 68)

Di peringkat anak-anak dan remaja, manusia mengalami perkembangan paling subur dan penting. Waktu inilah pendidikan dan ilmu pelajaran mudah diterima dan manusia diwarnai sesuai dengan bentuk pendidikan yang diterimanya. Daya penerimaan ini bergantung pada kekuatan faktor-faktor batiniah manusia ini, yakni akalnya, jiwanya, nafsunya, tenaganya dan perasaannya. Jika akal kuat, ilmu akan diperoleh dengan cepat dan banyak. Jika ilmu dan pendidikan yang diterima itu ilmu dan pendidikan yang baik maka suburlah jiwanya (rohnya), dengan sifat-sifat yang baik (mahmudah).

Sebaliknya pendidikan yang salah akan membuat nafsu menjadi liar dan merusak jiwa. Perasaan manusia bergantung kepada baik atau buruk didikan dan ilmu yang diperoleh. Jika pendidikan baik, maka perasaan akan jadi bersih dan halus. Tapi kalau pendidikan buruk, maka perasaannya jadi kasar dan keras. Demikianlah proses terjadinya perkembangan itu sedikit demi sedikit tanpa disadari. Manusia tidak dapat mengetahui bentuk jiwa atau akal dan nafsu seorang manusia lain, tetapi hasilnya dapat dilihat pada sikap, akhlak, percakapan dan jalan hidupnya. Kalau baik batin, baiklah kehidupan lahirnya, kalau jahat batin maka jahatlah kehidupan lahirnya.

Maksud Hadis:

Di dalam diri anak Adam ada sepotong daging, jika baik daging itu, baiklah manusia itu. jika jahat, maka jahatlah dia. ketahuilah itulah hati. (Riwayat Bukhari & Muslim)

Fisik meningkat karena dibantu oleh makanan dan kesehatan tubuh. Sedangkan batin manusia meningkat mengikuti ilmu dan didikan yang diterima. Tapi peningkatan ada batasnya. Sesudah batas itu, terjadilah penurunan dalam hidup manusia. Fisik mulai lemah dan batin pun juga mulai melemah. Di peringkat ini makanan selezat apapun tidak akan meningkatkan perkembangan lahir dan batinnya. Didikan yang sebaik apapun tidak bisa membentuk manusia lagi sebab zaman penurunan sudah bermula. Umpama bunga yang hendak gugur walau diberi pupuk sebanyak apapun, tidak dapat menahannya dari gugur.

Puncak Pertumbuhan Manusia

Tahap umur ketika manusia berada pada puncak pertumbuhan dan pada awal penurunan ialah 40 tahun. Pada waktu ini fisik sudah cukup dewasa. Akal, jiwa, perasaan dan nafsu sudah sampai ke puncaknya dan mulailah untuk lemah kembali. Kalau sewaktu umur 40 tahun kekuatan tenaganya sepuluh tenaga kuda, maka sesudah itu tidak akan bertambah lagi. Demikian juga akalnya, tidak akan berkembang lagi. Kalau cerdik, dia akan tetap cerdik. Kalau bodoh, tetap bodoh. Tidak terjadi lagi sesudah 40 tahun orang bodoh mau dicerdikkan. Kalau jiwanya kuat, ia akan tetap kuat, tidak bisa ditukar-tukar lagi. Begitu juga nafsunya kalau baik, ia akan terus baik, kalau jahat, jahat tetap akan jahat, sudah susah untuk dibentuk lagi. Demikianlah seterusnya.

Sebab itu seandainya kita ingin mewarnai hidup kita, lakukanlah sebelum 40 tahun, manusia sesudah usia ini tidak bisa dibentuk lagi. Sebab itu ada pepatah Melayu yang mengatakan:

"Melentur buluh biar dari rebungnya."

Rebung lembut, dapat dilenturkan. Tapi buluh sudah keras, tidak dapat dilenturkan lagi. Itulah maksudnya. Manusia kalau mau mencari harta, membangun kemewahan dalam hidup atau pangkat tinggi atau ingin memperjuangkan kebenaran, maka usaha kearah itu hendaklah dibuat pada awal-awal kehidupan dewasanya. Waktu itu lahir batinnya sudah cukup siap untuk diajak bekerja. Semua orang maklum akan hal ini. Sebab itu tak seorang pun pernah berkata :

"masa muda ini, aku akan gunakan untuk istirahat. Nanti kalau sudah tua baru aku akan cari harta, buka hutan, cari ilmu dan berkebun."

Kata-kata seperti itu sangatlah tidak masuk akal. Sebab manusia faham, apabila tua tenaga sudah lemah. Sebab itu orang-orang muda bekerja keras mencari harta untuk hari tuanya. Harta-harta yang didapatnya dikumpulkan dan disimpan untuk hari tua. Tapi itu hanya untuk keperluan lahiriah manusia. Pemahaman seperti ini hanya dimaksudkan pada keperluan fisik semata-mata. Manusia tidak faham dan tidak sadar bahwa keperluan batiniah juga begitu. Sebab itu kita selalu mendengar orang berkata:

"Waktu muda kita santai dulu. Nanti kalau sudah tua baru kita beribadah."

Orang ini berpikir bahwa beribadah itu mudah. Kalau teringat, langsung bisa dilakukan. Padahal dalam pengalaman hidup manusia, orang yang tidak dilatih beribadah sejak anak-anak, apabila sudah tua tidak akan mampu melakukannya. Walaupun keinginan untuk beribadahnya besar sekali. Kenapa? Sebab roh dan nafsu atau batin kita turut tua bersama tuanya umur dan badan kita. Batin atau roh dan nafsu kita mengalami proses tua dan muda, bertenaga dan lemah serta meningkat dan menurun secara bersamaan, seperti fisik kita (cuma tidak dapat dilihat oleh mata kasar). Kalau fisik kuat pada waktu muda, roh juga begitu. Kalau fisik harus berusaha untuk hari tuanya di masa mudanya, maka roh juga begitu. Kalau kita berkebun waktu muda, maka beribadah juga mesti dididik dan dilatih sejak muda (anak-anak). Hingga apabila tua nanti hanya tinggal meneruskannya, karena sudah terlatih dan terbiasa.

Sebagaimana tidak masuk akalnya orang ingin berkebun pada waktu tua, karena hendak beristirahat pada waktu muda begitulah tidak masuk akalnya orang mau memulai ibadah dan berjuang pada hari tuanya. Sedangkan waktu muda waktu dihabiskannya untuk berfoya-foya. Karena jiwa yang sudah menyatu dengan maksiat, nafsu yang begitu ganas dan rakus, tua dalam keadaan bergelumang dengan perbuatan-perbuatan jahat, tidak bisa diubah untuk menjadi jiwa yang taat lagi. Walaupun manusia itu ingin sekali berubah, namun rohnya sudah tidak siap lagi.

Umpama seorang pecandu narkotik, amat susah untuk menghentikannya dari ketagihan narkotik walaupun dia memang ingin berhenti. Sebab jiwa yang sudah biasa dengan sesuatu keburukan atau kebaikan hingga sifat itu telah menjadi tabiat, sukar untuk diubah. Apalagi kalau keinginan untuk berubah itu pada waktu umur 40 tahun ke atas, ketika tempo perubahan sudah selesai.

Sama juga halnya dengan seseorang yang sudah biasa makan nasi sebagai makanan asas dan utama, tiba-tiba mau menukarnya kepada roti. Seminggu saja sudah cukup untuk dia merasa menderita karena tidak dapat nasi. Sesudah itu pasti dia akan sedaya upaya mendapatkan nasi karena selera yang sudah terbiasa dan menyatu dengan nasi itu sudah tidak dapat disesuaikan dengan makanan lain. Walaupun empunya diri ingin berbuat begitu tapi seleranya tidak siap untuk menerimanya.

Demikianlah halnya dengan seseorang yang sudah 40 tahun berada di jalan syaitan dan nafsu, tidak beribadah kepada Allah. Kemudian baru tersadar dan ingin berubah maka adalah hampir-hampir mustahil baginya untuk berubah. Sebab itu Rasulullah SAW bersabda:

Terjemahnya : Barang siapa yang menjangkau umur 40 tahun tapi kebaikannya tidak mengatasi kejahatannya, bersiap-siaplah untuk ke neraka.

Mengapa Rasulullah berkata demikian? Bukankah ampunan Allah dan pertolongan-Nya bisa mengatasi segala-galanya? Jawabnya ialah karena Rasulullah ingin memberitahu kita bahwa sifat-sifat yang baik, amal-amal soleh, akhlak yang mulia, nafsu yang jinak dan tenang, iman dan taqwa itu bukannya datang sendiri secara tiba-tiba. Perkara-perkara ini mesti dipelajari, dicari, diasuh, dididik, dilatih, diamalkan selalu sedari kecil lagi, barulah ia akan jadi sifat dan akhlak kita.

Seorang yang tidak berusaha untuk mencari kebaikan, sebaliknya menghabiskan umurnya untuk merancang dan melaksanakan kehendak-kehendak duniawi, nafsu dan syaitan, tentulah tidak begitu mudah untuk dimaafkan. Dan kalau sampai 40 tahun pun belum mau berusaha mengenali Allah dan taat kepada-Nya, sedangkan segala ilmu dunia dan kekayaan dunia sudah diperjuangkan begitu lama sekali, sudah selayaknya untuknya api neraka. Masakan tidak terfikir olehnya bahwa dia diciptakan oleh Allah, dan patut sekali mensyukuri nikmat itu dan berbakti pada Allah. Dan kalaulah hal itu pernah melintas dalam fikirannya, tapi sengaja tidak dipedulikan, karena mau sepuas-puasnya dengan dunia, hinggalah menjangkau 40 tahun lamanya, sungguh munasabah kalau orang seperti ini dilemparkan ke dalam Neraka. Tiada maaf baginya. Sesudah terasa susah payah dan lemah anggota baru teringat akan Allah sedangkan pada waktu senang dan kuat bertenaga, sangat durhaka pada Allah.

Manusia yang bersifat begini, memang patut disuruh bersiap-siap untuk ke Neraka. Dari hadis itu, kita juga dapat faham bahwa seseorang yang sudah biasa dan lama dalam kejahatan memang susah hendak diubah ke arah kebaikan. Harapannya tipis sekali. Umpama seorang yang sudah lama berpenyakit kudis, darah tinggi, kencing manis, sakit jantung atau semuanya sekaligus, sudah terlalu kronis, sudah hampir maut, baru teringat hendak datang kepada dokter untuk berobat.

Waktu mula-mula kena penyakit, tidak mau berobat karena dianggapnya tidak bahaya atau bisa tahan atau tunggu waktu yang baik. Apabila keadaan sudah serius, baru pergi berobat, tentu dokter akan berkata "tiada harapan lagi". Dokter tak salah berkata begitu. Pasien itu sendiri yang bersalah karena membiarkan sakit begitu lama baru ingat hendak berobat.

Demikian juga halnya dengan jiwa yang sakit. Oleh karena sudah lama dibiarkan, sudah menyatu dengan sikap dan akhlak yang keji, tentu sukar sekali untuk diobati. Nafsu yang sudah merajalela dalam diri memang sukar untuk dikendalikan. Jumpailah dokter walau seahli apa pun, kalau waktu untuk proses pendidikan jiwa itu sudah tamat maka mujahadah (melawan hawa nafsu) tidak akan berpengaruh lagi.

  • Setelah 40 tahun hati tidak kenal Allah, tidak kenal akhirat, islam, dan iman, tentu susah hendak menjadikannya yakin sesudah itu.
  • Umpama anak yang tidak tahu siapa ibunya, tiba-tiba waktu 40 tahun diperkenalkan kepada ibunya, tentu susah untuk menanam kasih sayang dan kecintaan kepada ibu tadi. Sebab kasih itu sudah diberikan kepada ibu angkatnya Begitulah susahnya orang yang sudah 40 tahun mengekalkan sifat sombong dan besar diri, untuk berjuang menjadi tawaduk atau rendah diri.
  • Sesudah 40 tahun mengekalkan sifat kikir, hingga sifat itu sudah menjadi akhlak dan perangainya, bukan mudah hendak mendidik hati jadi pemurah.
  • Sesudah 40 tahun menjadi pemarah dan pembengis, sulit untuk berubah menjadi pengasih dan lemah lembut.
  • Sesudah 40 tahun iri hati dengan sesama manusia, tentu tidak mudah untuk menjadi orang yang berlapang dada dengan manusia.
  • Sesudah 40 tahun tidak sabar, tidak redha, maka tentu susah untuk tiba-tiba berganti menjadi seorang yang sabar dan redha dengan ketentuan Allah.
  • Sesudah 40 tahun berpenyakit jiwa gila dipuji, gila pangkat, gila dunia, tentulah harapan tipis untuk berubah menjadi seorang yang zuhud. Bahkan ada orang yang sudah mau mati masih sanggup menyebut "harta saya", "kebun saya" dan "uang saya". Begitulah seterusnya!

Umat islam perlu fahami dan sadari benar-benar akan hakikat ini agar usaha-usaha membaiki diri lahir dan batin tidak ditunda-tunda lagi, supaya kita tidak menyesal dikemudian hari, karena menemukan segala-galanya sudah terlewat.

Perkara Batin Sulit Dibuat

Kita juga harus sadar bahwa untuk melakukan kebaikan, baik itu kebaikan lahir, apalagi batin, bukannya mudah. Sebenarnya ia lebih susah dari mencari rezeki, pangkat dan ilmu pengetahuan dan lain-lain. Sebab kita terpaksa berhadapan dengan musuh-musuh batin yang sangat jahat yaitu nafsu dan syaitan. Musuh-musuh yang tidak pernah beristirahat untuk mencelakakan kita. Nafsu itu sudah lama kita turuti ajakannya. Sudah manja dan sudah gemuk karena mendapat layanan yang baik dari kita. Sebab itu walaupun kita sudah sadar keterlanjuran selama ini, namun terasa susah sekali untuk menjinakkan dan menenangkan nafsu itu.

Sifat sombong kita, misalnya, yang sudah menjadi perangai dan akhlak kita sekian lama, sulit untuk dibongkar. Kita senantiasa meninggikan diri terhadap dengan manusia lain, merendah-rendahkan dan menyinggung perasaan orang lain. Apabila kita sadar, kita pun bertekad bulat tidak mau lagi mengulangi perkara yang dibenci Allah itu. Tapi apakah hanya dengan tekad itu kita langsung berubah? Jawabnya, tidak! Nafsu sombong yang sudah bertakhta dalam diri itu akan terus bekerja. Pantang ada orang yang bersalah dengan kita, langsung kita maki-maki orang itu sepuas hati kita. Pantang melihat kelemahan orang lain, terus kita sebut-sebut dan sebarkan hingga terhinalah orang itu. Pantang ada orang menegur, kita singgung orang itu sampai melukai perasaannya.

Kita sadar hal itu dibenci Allah maka kita sangat menyesal selepas setiap kali melakukannya. Tapi kesal itu tidak mengubah kita. Buktinya, apabila terjadi lagi hal-hal yang menantang ego (ke-aku-an) kita, kita pun marah. Menyesal, kemudian buat lagi. Begitulah yang terjadi. Kita ingin untuk terus berubah tapi tidak semudah itu. Nafsu yang sudah terlalu jahat itu terasa susah betul hendak dijinakkan. Kita selalu kalah dalam bermujahadah. Kadang-kadang mati akal dibuatnya. Terasa perihnya berhadapan dengan kejahatan nafsu, padahal umur kita belum 40 tahun, sudah terasa benar susahnya. Apalagi kalau sudah tua, yang nafsu itu pun sudah tua, memang tipis harapan untuk diselamatkan.

Melawan Nafsu Mesti Sejak Anak-Anak

Nafsu yang sudah tua sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu pendidikan hati mestilah dibuat sewaktu masih anak-anak. Jinakkan nafsu sebelum menjadi liar. Latih anak-anak dengan segala kebaikan lahir dan batin sewaktu mereka belum pandai membuat kejahatan. Kemudian lanjutkan hingga ke umur remaja dan dewasa. Insya-Allah barulah nanti kebaikan-kebaikan itu mudah dilakukan. Tidak susah mujahadah lagi. Tapi zaman sekarang, anak-anak orang Islam dari kecil sudah dididik dengan cara Barat, sehingga besar pun dididik oleh orang-orang Barat atau diantar ke sekolah yang menjalankan pendidikan sekuler.

Anak-anak dididik agar tidak kenal Allah, Rasulullah dan alam akhirat, tidak hormat guru dan orang tua, tidak malu, sombong, hasad dengki, mementingkan diri sendiri, tamak, gila dunia, gila pangkat dan pujian, bakhil, dendam dan lain-lain lagi, secara langsung atau tidak langsung. Ilmu sebaik mana pun kalau diberi kepada seorang yang kotor hatinya dan buruk akhlaknya, niscaya akan digunakan ke arah kejahatan juga. Sebab itulah masyarakat kita tidak hidup bahagia lagi karena berhadapan dengan berbagai-bagai masalah yang dilakukan oleh manusia-manusia yang pandai dan bijak ini.

Suap, mencuri, merampok, menipu, berzina, menyalah gunakan kekuasaan, permusuhan, perebutan kekuasaan, narkoba, minuman keras, memfitnah dan lain-lain. Semakin tua usia seseorang, bukannya semakin baik, tapi semakin rusak. Sebab nafsu dan rohnya semakin tua bersama tuanya badan. Sedangkan jiwanya yang murni tidak berfungsi karena lemah iman dan taqwa.

Untuk memperbaiki keadaan ini, pendidikan Islam mestilah diterima dan dilaksanakan. Bagi yang sudah dewasa rajin-rajinlah mendengar ceramah dakwah dan bersungguh-sungguhlah bermujahadah. Dan bagi yang sudah tua, bertaubatlah banyak-banyak dan bersungguh-sungguh kepada Allah. Mudah-mudahan Allah memelihara kita dari api Neraka.

Catatan mengenai beberapa terminologi dalam artikel ini:

  • Mujahadah: berusaha sungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsu
  • Zuhud artinya tidak merasa bahwa kekayaan dan harta itu kita yang punya. Zuhud artinya merasakan harta dan kekayaan itu kepunyaan Allah yang perlu dibagi-bagikan kepada yang berhak. Zuhud bukan bermaksud tidak kaya atau tidak berharta. Zuhud artinya mempunyai kekayaan di tangan tapi tidak di hati. Orang yang zuhud ialah orang yang telah memiskinkan dirinya hingga mudah baginya menggunakan kekayaannya untuk masyarakat dan golongan yang memerlukan.
  • Sekuler: pandangan kehidupan yang memisahkan antara kehidupan dunia dengan akhirat. Agama hanya mengatur ibadah pokok (misal shalat, puasa , zakat , dsb) , sedangkan kehidupan dunia yang umum lainnya diatur dengan cara manusia (misal politik, ekonomi, budaya, teknologi dsb).

Referensi