Tampilkan postingan dengan label tasawuf. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tasawuf. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 21 April 2012

Akhlak Rasulullah


Sayidina Hassan ra berkata: "Saya menanyakan tentang kelakuan Rasulullah saw pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersamanya. 
Jawabnya: "Adalah Rasulullah saw selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, selalu berlemah lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya bersih, tidak banyak bergurau atau beromong kosong, segera melupakan apa yang tidak disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap padanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas padanya tiga perkara: tidak suka mencela dan memburukkan orang, tidak suka mencari keaiban orang, tidak bicara mengenai orang kecuali yang berfaedah dan mendatangkan pahala."

Sabtu, 17 Maret 2012

Adab Makan

Membaca basmalah dan hamdalah


1. Dari Umar bin Salamah ra., ia berkata: Rasulullah SAW,bersabda: “Sebutlah nama Allah (bacalah basmalah), danmakanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah dari makanan yang dekat dengan kamu.” (HR. Bukhari danMuslim)

2. Dari Aisyah ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kalian makan, hendaklah ia menyebutkan nama Allah Ta’ala. Apabila lupa menyebut nama-Nya sewaktu memulai makan, hendaklah ia membaca: “BISMILAHI AWWALAHU WA AKHIRAHU”(Dengan menyebut nama Allah pada permulaan dan penghabisan makan)!” (HR.Abu Daud dan Tirmidzi)

3. Dari Jabir ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW, bersabda: “Apabila seseorang masuk ke rumahnya, lalu berdzikir kepada Allah Ta’ala ketika ia masuk, dan sewaktu makan, maka setan berkata (kepada temannya): ‘Kamu tidak bisa ikut masuk dan kamu tidak bisa ikut makan.’ Dan apabila seseorang tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala ketika masuk rumahnya, maka setan berkata: ‘kamu dapat mengikutinya masuk.’ Dan apabila seseorang tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala sewaktu makan, maka setan berkata (kepada temannya): ‘Kamu bisa ikut makan dan bisa ikut masuk.’” (HR. Muslim)

4. Dari Hudzaifah ra., ia berkata: Apabila kami makan bersama Rasulullah SAW, kami tidak berani meletakkan tangan ke tempat makanan sebelum Rasulullah SAW, meletakkannya terlebih dahulu. Suatu saat, ketika kami akan makan bersama beliau, tiba-tiba datanglah seorang wanita tergesa-gesa, seakan-akan ada sesuatu yang mendorongnya. Ia langsung meletakkan tangannya ke tempat makanan, tetapi Rasulullah SAW, memegang tangannya. Kemudian datanglah seorang Badui terburu-buru seakan-akan ada sesuatu yang mendorongnya. Ia langsung meletakkan tangannya ke tempat makanan, maka dengan cepat Raslullah SAW, memegang tangannya, seraya bersabda: “Sesungguhnya setan itu merebut makanan yang tidak disebut nama Allah.

Sesungguhnya setan datang bersama-sama wanita ini untuk merebut makanan, maka aku pegang tangannya. Kemudian ia datang bersama-sama orang Badui ini untuk merebut makanan, maka kau pegang tangannya. Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya tangan setan ini saya pegang bersama-sama kedua tangan orang ini.” Kemudian Rasulullah menyebut nama Allah Ta’ala dan memulai makan.” (HR. Muslim)

5. Dari Umayya bin Makhsyiy Ash-Shahabiy ra., ia berkata:
“Ketika Rasulullah SAW, duduk ada seseorang makan tanpa menyebut nama Allah, sehingga hampir habis makanannya, hanya tinggal sesuap. Ketika ia akan menyuapkan ke mulutnya ia membaca: BISMILAHI AWWALAHU WA AKHIRAHU.” Melihat yang demikian Nabi SAW, tersenyum dan bersabda: “Setan itu selalu makan bersamanya, namun ketika ia menyebut nama Allah, maka setan itu memuntahkan apa yang ada dalam perutnya.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i)

6. Dari Aisyah ra., ia berkata: Ketika Rasulullah SAW, sedang makan bersama enam orang sahabatnya, seorang Badui datang dan makan sebanyak dua kali suapan. Kemudian Rasulullah SAW, bersabda: “Seandainya ia menyebut nama Allah, niscaya mkanan itu cukup untuk kallian.” (HR. Tirmidzi)

7. Dari Abu Umamah ra., ia berkata: Apabila Nabi SAW, mengangkat hidangannya, beliau membaca: ‘ALHAMDU LILLAAHI HAMDAN KATSIIRAN THAYYIBAN MUBAARAKAN FIIHI GHAIRA MAKFIYYIN WALAA MUSTAGHNAN ‘ANHU RABBANAA’(Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak dan baik serta penuh berkah yang tiada terbalas dan sangat dibutuhkan, wahai Tuhan kami).” (HR. Bukhari)

8. Dari Muadz bin Anas ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “Siapa saja yang telah makan, kemudian membaca: ‘ALHAMDULILLAAHI ATH ‘AMANII HAADZAA WARAZAQINIIHI MIN GHAIRI HAULIN MINNII WALAA QUWWATIN’(Segala puji bagi Allah, Zat yang telah memberi makanan ini kepada saya, dan telah mengkaruniakan rezeki dengan tiada daya dan kekuatan dari diri saya), maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Abu Daud dan tirmidzi)

Dilarang mencela makanan
1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah tidak pernah mencela makanan. Apabila beliau menyukainya, beliau memakannya, dan apabila tidak menyenanginya, maka meninggalkan makanan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Jabir ra., ia berkata: Nabi SAW, pernah menanyakan lauk kepada keluarganya, kemudian mereka menjawab: “Kami tidak mempunyai apa-apa selain cuka.” Maka beliau meminta cuka itu, dan makan berlauk cuka, seraya bersabda: “Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.” (HR.Muslim)

Sikap orang yang berpuasa
1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kalian diundang, hendaklah ia menghadirinya. Jika ia sedang berpuasa, hendaklah ia mendoakan, dan jika tidak berpuasa hendaklah ia makan.” (HR. Muslim)

Sikap orang yang diundang makan
2. Dari Abu Mas’ud A-Badriy ra., ia berkata: “Ada seseroang mengundang Nabi SAW, untuk jamuan makan yang disiapkan bagi lima orang, kemudian ada seseorang yang mengikuti mereka. Ketika sampai di muka pintu, Nabi SAW, menjelaskan kepada orang yang mengundangnya: “Sesungguhnya orang ini mengikuti kami, maka terserah kamu. Apabila kamu suka, izinkanlah orang ini, apabila tidak, biarlah orang ini pulang!” Orang yang mengundang itu berkata: “Wahai Rasulullah, saya mengizinkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Adat makan
1. Dari Umar bin Abu Salamah ra., ia berkata: “Waktu kecil, saya diasuh Rasulullah SAW, dan pernah mengulurkan tangan untuk mengambil makanan yang terletak di piring, kemudian beliau bersabda kepada saya: “Wahai anak muda, sebutlah nama Allah Ta’ala serta makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari makanan yang dekat dengan kamu!” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Salamah bin Al-Akwa ra., ia berkata: Ada seseorang makan di hadapan Rasulullah SAW, dengan menggunakan tangan kirinya, kemudian beliau bersabda: “Makanlah dengan tangan kananmu!” Ia menjawab: “Saya tidak bisa.” Beliau bersabda: “Kamu tidak bisa, karena kesombonganmu.” Setelah itu orang tersebut tidak bisa mengangkat tangannya ke mulut.” (HR. Muslim)

Larangan makan kurma atau sejenis dua butir sekaligus
1. Dari Jabalah bin Suhaim, ia berkata: “Kali tertentu, kami bersama dengan Ibnu Zubair mengalami musim paceklik. Tiba-tiba kami mendapatkan rezeki kurma. Waktu Abdullah bin Umar ra., lewat, ia mendapati kami sedang makan kurma. Kemudian ia berkata: “Janganlah kalian makan dua butir kurma atau lebih sekaligus! Sesungguhnya Nabi SAW, melarang untuk makan dua butir kurma atau lebih sekaligus.” Kemudian ia berkata lagi: “Kecuali orang itu minta izin kepada kawannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

MEMPERBANYAK KAWAN DISAAT MAKAN
1. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW, bersabda: “Makanan dua orang cukup untuk tiga orang, dan makanan tiga orang cukup untuk empat orang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Jabir ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW, bersabda: “Makanan satu orang cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang itu cukup untuk delapan orang.” (HR. Muslim)

Jumat, 24 Februari 2012

Akhlak Nabi Muhammad SAW

Seorang Arab badui menemui Sayyidiina Umar dan dia meminta, "Ceritakan padaku akhlak Muhammad." Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Sayyidina Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yang sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib KW.
Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat  Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi.  Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad. Dengan  berharap-harap cemas, Badui ini menemui Sayyidina Ali. Sayyidina Ali  dengan linangan air mata berkata : " Ceritakan padaku keindahan dunia  ini!" Badui ini menjawab, "Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan
segala keindahan dunia ini..." Ali menjawab, " Engkau tak sanggup  menceritakan keindahan dunia ini, padahal Allah telah berfirman bahwa  sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana
aku dapat melukiskan akhlak Muhammad, sedangkan Allah telah berfirman  bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam  68: 4)."

Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi yang sering disapa  Khumairah oleh Nabi. Aisyah menjawab,"Khuluquhu al-Quran (Akhlaknya  Muhammad itu Al-Quran)."

Mengobati Hati Yang Keras

Seorang lelaki mendatangi Nabi -shalallahu alaihi wasallam- mengadukan kekerasan hatinya.

Nabi -shalallahu alaihi wasallam- berkata kepadanya, "Apakah engkau suka  hatimu menjadi lembut dan hajatmu tersampaikan?! Sayangilah anak yatim,  usap kepalanya, beri ia makan dari makananmu, maka hatimu akan menjadi  lembut dan hajatmu akan terpenuhi. "

Kamis, 16 Februari 2012

Tips Untuk Menjadi Ikhlas


Tips untuk ikhlas dapat dibaca di hadis tentang ikhlas yang diriwayatkan oleh Muaz bin Jabal. Tips dari Rasulullah untuk kita dapat ikhlas dapat dibaca di akhir hadis itu, yaitu sebagai berikut:
  • kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain.
  • Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib, maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain.
  • Jangan riyak (pamer) dengan amal supaya amal itu diketahui orang.
  • Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan Akhirat.
  • Kamu jangan berbisik berdua ketika di sebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik.
  • Jangan takabur (sombong) pada orang lain nanti luput amalanmu dunia dan Akhirat dan
  • Jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu.
  • Jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan.
  • Jangan merobekkan pribadi orang lain dengan mulutmu, kelak engkau akan dirobek-robek oleh anjing-anjing jahanam. Sebagaimana firman Allah yang bermaksud: ‘Di Neraka itu ada anjing-anjing perobek badan manusia
  • Kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan
  • Bencilah apa yang terjadi kepada orang lain apa-apa yang dibenci oleh dirimu sendiri.

Minggu, 23 Oktober 2011

Literatur tentang berjumpa dengan Rasulullah SAW


Beberapa buku yang membahas mengenai perjumpaan dengan Nabi:
  • Syaikh Yusuf bin Ismail Al-Nabhani, Metode Bertemu Nabi, Darul Hikmah 2008. Judul Asli: Sa'adatu a-Dararain fi al-Shalati 'ala Sayyidi al-Kaunaini. Penerjemah: Alwi Fuadi
  • Abu Anas Abdul Aziz, Jumpai Aku Ya Rasul, Pena Pundi Aksara 2008. Judul Asli: Ra'aitun Nabiyya saw. ; 100 qishshah haqiqiyyah li-man ra'au an-nabiyya. Penerjemah: Ahmad Shiddiq Thabrani, Lc. Link:Jumpai_Aku_Ya_Rasul
  • Husain Hasan Tomai, Masalah Berjumpa Rasulullah Ketika Jaga Selepas Wafatnya, Pustaka Aman Press Sdn BHD, 1989
Ilustrasi cover buku dan update selanjutnya dapat dilihat di laman berikut ini http://kawansejati.ee.itb.ac.id/wiki/index.php/Buku_yang_membahas_perjumpaan_dengan_Rasulullah

Jumat, 29 Juli 2011

Aku Hambamu


Aku Hambamu I'm Your Slave
Ku melangkah di bumi nan indah
Ku tengadah ke langit nan megah
Ku mendengar suara-suara merdu
Udara kuhela semua ciptaanMu
Ku nikmati kecantikan alam
Ku rasakan lazatnya makanan
Ku lihat diriku ada kemampuan
semuanya anugerah dariMu oh Tuhan
ke mana pun aku pergi
Aku disambut oleh Kebesaranmu
ke mana pun jua ku menghadap
aku disapa oleh kasih sayangMu
Wahai Tuhan berikanlah aku RahmatMu selalu
agar aku tetap dalam RehaMu mengutip pahalamu
di waktu ku bersalah Kau maafkan aku
aku ini adalah hamba
jangan kau tarik rasa hamba dari jiwaku
Engkau sematkanlah di dadaku
agar aku dapat bawa ke mana-mana
Oh Tuhanku yang Maha Pengampun
aku hamMu memohon ampun
alangkah bahagianya aku menjadi hambaMu
alangkah bahagianya aku Kau menjadi Tuhanku
jangan tinggalkan aku sendirian
pimpinlah aku agar tak sesat jalan
jangan Kau tarik rasa kehambaan
kerana itulah kebahagiaan yang menjadi keredhaanMu
I'm walking on this beautiful earth
I look up to the smashing sky
I hear so many dulcet voices
I take deep breaths of all Your creations
I devour Your graceful world
I enjoy Your scrumptious food
I find myself with much capabilities
those gifts are all from You O Lord
wherever I go
I'm welcomed by Your Mightines
whichever direction that I turn to
I'm greeted by Your love
O Lord, confer me Your Blessing always
may I'm in Your content, amassing Your rewards
when I've done wrong You forgive me
I'm mere slave
don't take back feeling of slavery from me
You carve it deep in my heart
may I take it anywhere I go
O my Lord, The Most Forgiving
I'm Your slave, asking for forgiveness
how glad I am being your Slave
how glad I am, You're my lord
don't ever leave me alone
do guide me may I won't go astray
don't You take back feeling of slavery
coz that happiness is Your Contentment
Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=x2UyvS3sSQc&feature=related

Sabtu, 16 Juli 2011

Apa itu Takhalli

Pada peringkat takhalli, kita mesti melawan dan membuang dengan memaksa terus-menerus semua kehendak-kehendak nafsu yang rendah (jahat) dan dilarang oleh Allah. Selagi kita tidak memaksa diri untuk membenci, memusuhi dan membuangnya jauh-jauh secara terus-menerus dari diri kita, selagi itulah nafsu jahat akan sentiasa menguasai dan memperhambakan kita. Rasulullah SAW bersabda:

Maksudnya: “Sejahat-jahat musuh engkau ialah nafsu engkau yang terletak di antara dua lambung engkau.” (Riwayat Al Baihaqi)

Karena kejahatannya itu, telah banyak manusia yang ditipu dan diperdaya untuk tunduk dan bertuhankan hawa nafsu. Ini diceritakan oleh Allah dengan firman-Nya:

surat:45 ayat:23

Maksudnya: “Apakah engkau tidak perhatikan orang-orang yang mengambil hawa nafsu menjadi Tuhan, lalu dia dibiarkan sesat oleh Allah berdasarkan ilmu-Nya.” (Al Jasiyah: 23)



Apabila nafsu jahat itu dibiarkan menguasai hati, iman tidak akan ada tempatnya. Bila iman tidak ada, manusia bukan lagi menyembah Allah, Tuhan yang sebenarnya tetapi dia akan menyembah hawa nafsu. Oleh itu usaha melawan hawa nafsu janganlah dimudah-mudahkan dan dianggap ringan. Melawan nafsu adalah satu jihad yang besar. Ingatlah sabda Rasulullah SAW pada Sahabat- Sahabat ketika baginda berangkat pulang dari satu medan peperangan:

Maksudnya: “Kita baru balik dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang besar.” Bila para Sahabat bertanya: “Peperangan apakah itu?” Baginda berkata: “Peperangan melawan nafsu.” (Riwayat Al Baihaqi)

Melawan hawa nafsu sangatlah susah. Barangkali kalau nafsu itu ada di luar jasad kita dan dapat dipegang, senanglah kita tekan dan membunuhnya sampai mati. Tetapi nafsu kita itu ada dalam diri kita, mengalir bersama aliran darah, menguasai seluruh tubuh kita. Bahkan ia menjadi sebahagian daripada jasad kita yaitu tubuh yang halus (jismul-latif). Karena itu, tanpa kesadaran, kemauan dan paksaan yang sungguh-sungguh, kita pasti dikalahkannya, kemudian akhirniya nafsu memperalat kita semau-maunya.


Jumat, 15 Juli 2011

Ilmu Hakikat

Definisi ilmu hakikat ialah rasa-rasa hati (zauk) atau syu’ur yang ada di dalam hati atau jiwa manusia yang sifatnya berubah-ubah dari satu bentuk rasa kepada rasa yang lain. Rasa-rasa hati ini tergantung kepada bentuk-bentuk rangsangan-rangsangan lahir yang mendatangi manusia itu. Ada rasa hati yang berbentuk mahmudah dan ada juga yang berbentuk mazmumah.

Ilmu hakikat itu bidang kajiannya ialah tentang alam rohani atau hati nurani manusia atau mengkaji tentang sifat-sifat nafsu. Sifat-sifat nafsu yang terdiri daripada nafsu ammarah, nafsu lawwamah, nafsu mulhamah, nafsu mutmainnah, nafsu radhiah, nafsu mardhiahdan nafsu kamilah. Termasuk juga di dalamnya perihal sifat-sifat gerakan serta dorongan hati.

Di antara rasa-rasa hati yang mahmudah (sifat positif) itu ialah ikhlas, cinta Allah, rasa kehebatan Allah, rasa takut/gentar dengan Neraka, rasa berdosa, malu, rasa diawasi, kasih sayang, simpati, rendah hati, yakin dengan Allah, tawakal dan sebagainya. Sementara rasa-rasa hati yang mazmumah (sifat negatif) itu pula di antaranya riyak (pamer), ujub (rasa diri hebat), sombong, pemarah, hasad dengki (iri hati), dendam, tamak, bakhil (kikir), penakut (terhadap makhluk), jahat sangka dan lain-lain lagi.

Rasa-rasa hati yang telah disebutkan di atas sentiasa silih berganti menguasai hati atau roh. Oleh karena itu, hati sentiasa berbolak-balik. Sebab itulah di dalam kitab, sifat hati yang berbolak-balik itu disebut sebagai qalbun . Hati juga wajib bersyariat yaitu membuang sifat mazmumah dan menyuburkan sifat-sifat mahmudah. Inilah yang disebut sebagai syariat batin.

Referensi:

Kamis, 14 Juli 2011

Apa itu Tajalli

Sebagai hasil mujahadah (melawan nafsu) dalam takhalli dan tahalli , kita akan memperolehi tajalli. Iaitu sejenis perasaan yang datang sendiri tanpa memerlukan usaha lagi. Agak sukar untuk dituliskan atau digambarkan dengan bahasa. Apakah yang dikatakan tajalli? Yang sebenarnya ia adalah sejenis perasaan yang bersifat maknawiah (zauk), yang hanya mungkin dimengertikan oleh orang-orang yang mengalami dan merasainya. Sepertilah kemanisan gula, tidak akan dapat digambarkan secara tepat oleh orang yang belum pernah merasakan manisnya gula.

Tajalli secara ringkas, secara asas dan secara mudah difahami ialah perasaan rasa bertuhan, rasa dilihat dan diawasi. Hati seakan-akan tajam, hidup, nampak dan terasa kebesaran Allah. Ingatan dan rindu penuh tertuju pada Allah. Hati tenggelam dalam kebesaran-Nya atau dalam mencintai-Nya dengan tidak putus-putus lagi. Harapan dan pergantungan hatinya tidak lagi pada yang selain dari Allah. Dirasakan oleh hatinya bahwa seluruh amal bakti yang dibuatnya, adalah karena dan untuk Allah semata-mata. Atau hadiah daripada Allah kepadanya. Apa saja masalah hidup, dihadapi dengan tenang dan bahagia. Tidak ada pun kesusahan dalam hidupnya. Sebab semua itu dirasa pemberian dari Kekasihnya, Allah SWT. Kalau begitu, bagi orang-orang yang beriman, dunia ini sudah terasa bagaikan Syurga. Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan sejati dan kebahagiaan abadi yaitu kebahagiaan hati.

Sebatas ini yang mampu saya gambarkan rasa tajalli yang agak rasional yang dapat diuraikan secara ilmiah. Yang selebihnya, lemahlah tinta untuk menulisnya. Hanya siapa yang dapat, dia akan merasakannya dan tidak dapat berbagi dengan orang lain pula. Kalau coba juga diceritakannya, akan menimbulkan fitnah di sisi orang-orang yang jahil (tidak paham). Sementara orang-orang yang hasad dengki pula akan mengambil peluang menuduhnya sesat, kafir atau zindik (atheis). Dalam soal ini ada seorang Sahabat Rasulullah SAW pernah berkata: “Kalau aku sampaikan apa yang terasa dalam hati ini, orang akan menuduh aku kafir dan lantas membunuh aku.”

Sumber: http://kawansejati.ee.itb.ac.id/12-cara-memimpin-hati#TAJALLI

Apa itu Tahalli

Tahalli berarti menghias. Yakni perkataan lawan bagi takhalli. Sesudah kita mujahadah yakni mengosongkan hati dari sifat-sifat terkeji atau mazmumah, segera pula kita menghiasi hati dengan sifat-sifat terpuji atau mahmudah. Untuk mudah difahami, coba gambarkan hati kita sebagai sebuah mangkok yang kotor. Kemudian mangkok itu dibersihkan. Setelah bersih, jangan dibiarkan kosong. Isi mangkok itu dengan barang-barang yang berharga dan makanan yang lezat. Begitu jugalah dengan hati yang telah dibersihkan dari sifat-sifat mazmumah tadi. Janganlah dibiarkan kosong. Mestilah diisi dengan sifat-sifat mahmudah pula.

Untuk mengisi hati dengan sifat mahmudah, sekali lagi kita perlu mujahadah. Dalam peringkat mujahadah ini, kita masih terasa berat dan susah. Susahnya memerangi hawa nafsu itu karena pada hakikatnya kita terpaksa memerangi diri kita sendiri. Bukankah sebelum ini kita katakan nafsu itu sebagian dari jasad kita, yaitu jasad halus kita (jismul latif). Maknanya belum ada ketenangan dan kelezatan yang sesungguhnya. Bagaimana hendak lezat kalau terpaksa memerangi diri sendiri. Insya-Allah, kalau kita bersungguh-sungguh, lama kelamaan bila ia menyatu dengan hati, di waktu itu akan terasalah lezatnya. Karena setelah kita bersungguh-sungguh, Allah akan membantu sepertimana janji-Nya dalam Al Quran.

Cara-cara mujahadah dalam tahalli samalah seperti kita mujahadah untuk takhalli. Seperti juga orang yang buat latihan senam untuk sehatkan badan. Peringkat awal tentulah terasa letih, menjemukan dan sakit-sakit badan. Tetapi akhirnya nanti, dia akan rasa senang dan terhibur dengan senam itu. Begitulah juga dalam riadatunnafsi ini. Artinya, kita bersenam secara rohaniah. Peringkat awal tentulah jemu dan tersiksa tetapi akhirnya akan mesra dengan tabiat diri kita.

Misalnya, kita mau menghiasi hati dengan sifat pemurah. Maka kita mujahadah dengan mengeluarkan harta atau barang kita, terutama yang kita suka dan sayang, untuk diberi pada yang memerlukannya. Mulanya tentu terasa berat dan payah. Tetapi jangan menyerah. Kita lawan. Ingatkan hati bagaimana orang-orang muqarrobin berebut-rebut untuk dapatkan pahala sedekah. Sayidatina Aisyah r.ha. di waktu tiada apa yang hendak dimakan, beliau coba juga mendapatkan walau separuh kurma untuk disedekahkan. Begitu kuat keinginan mereka pada pahala dan rindunya dengan Syurga. Mereka berlomba-lomba menyahut pertanyaan Allah SWT:

surat:57 ayat:11

Maksudnya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperolehi pahala yang banyak.” (Al Hadid: 11)

Setiap kali kita rasa sayang pada harta, setiap kali itulah pula kita keluarkannya. Insya-Allah lama-kelamaan kita akan memiliki sifat pemurah. Begitu juga dengan sifat-sifat mahmudah yang lain seperti kasih sayang, berani, tawadhuk dan sebagainya, perlulah kita miliki. Untuk itu perlulah bermujahadah. Jika tidak, iman juga turut hilang. Sebab iman itu terdiri di atas sifat-sifat mahmudah.

Referensi:


Selasa, 12 Juli 2011

Interaksi Jasad Batin Manusia



Beberapa waktu lalu saya sudah pernah menulis tentang 4 unsur manusia, yaitu bahwa manusia mempunyai 1 unsur fisik dan 3 unsur batin sebagai berikut:

  1. tubuh fisik
  2. hati
  3. akal
  4. nafsu

Pada tulisan ini saya ingin mengkaji lagi interaksi antara unsur-unsur tersebut dengan dunia di luar manusia.

Peranan 4 unsur tersebut secara singkat adalah sebagai berikut:

  • Tubuh fisik tentunya sudah jelas, tidak perlu diuraikan lagi karena inilah yang terlihat jelas kita pakai untuk aktivitas sehari-hari. Tubuh fisik ini ikut saja apa kata hati, sehingga tubuh fisik ini dapat diumpamakan sebagai rakyat dalam suatu negara.
  • Hati fungsinya merasa. Dia lah yang memimpin bagian lain, sehingga dapat diumpamakan sebagai raja dalam suatu negara.
  • Akal fungsinya berfikir, mengolah informasi dan pengetahuan yang ada untuk menjadi hal baru. Akal ini dapat diumpamakan sebagai ulama dalam suatu negara.
  • Nafsu pada umumnya senantiasa mengajak kepada perbuatan jahat, sehingga posisinya seakan sebagai penjahat dalam suatu negara.

Dalam interaksi dengan dunia luar, 4 unsur ini juga punya peranan masing-masing.

Tubuh fisik berperanan untuk berinteraksi dengan dunia luar secara fisik. Tubuh fisik tidak melakukan pengolahan informasi. Informasi yang diterima oleh panca indera diberikan ke tubuh batin (nafsu , akal , hati), demikian juga informasi dari tubuh batin diterima oleh tubuh fisik sebagai perintah untuk dilaksanakan.

Akal melakukan proses berfikir berdasarkan informasi yang diterima sebelumnya. Ilmu-ilmu yang dapat diterima antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Ilmu agama
  2. Ilmu dunia
  3. Ilmu-ilmu lain yang sifatnya tersurat (kelihatan nyata)

Ilmu yang diterima akal ini paling tinggi bersifat kepahaman saja, artinya mendudukkan informasi yang diterima secara terstruktur dan mengetahu hubungan informasi yang ada satu sama lain. Proses berfikir ini tidak sampai menjadi penghayatan maupun perasaan.

Contoh kerja akal ini misalnya pada waktu kita mempelajari suatu ilmu, entah itu ilmu agama maupun ilmu dunia. Akal dapat belajar dengan jalan membaca, mendengar, meraba. Ilmu yang diterima dapat diingat / dihapal. Lebih jauh lagi ilmu tersebut dapt dipahami sehingga dapat dipakai untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan, misal soal berhitung dan soal essay. Kerja akal ini ibarat komputer yang dapat mengingat dan memproses informasi, namun tidak mempunyai perasaan.

Hati menerima ilmu jenis lain, yaitu ilmu-ilmu yang sifatnya tersirat. Ilmu-ilmu ini antara lain:

  1. Ilmu hikmah
  2. Wahyu (untuk para nabi & rasul)
  3. Ilham / Ilmu laduni
  4. Ilmu-ilmu lain yang sifatnya tersirat.

Pada para nabi/rasul, ilmu wahyu yang diterima tidak memerlukan ilmu asas sama sekali, sedangkan pada orang selain nabi/rasul, ilmu hikmah/ilham/laduni yang diterima memerlukan ilmu asas yaitu ilmu agama asas yang telah ada di akal. Ilmu agama asas ini maksudnya adalah ilmu aqidah, ilmu syariat, ilmu tasawuf, dan lain-lain ilmu alat seperti ilmu tafsir, ilmu hadis, bahasa arab dan lain sebagainya.

Hati diperlukan sebagai sarana untuk menerima ilmu hakekat/makrifat. Ilmu hakekat/makrifat ini diperlukan untuk menjalankan amalan tasawuf. Ilmu hakekat ini seringnya berupa perasaaan, ataupun sesuatu yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, jadi memang tidak dapat ditransfer melalui panca indera saja.

Berikut ini beberapa contoh pengamalan Islam dari sisi kerja akal dan kerja hati:

  • Ada orang-orang yang belajar agama Islam sampai paham, namun tidak sampai menjadi keyakinan maupun amalan. Contohnya adalah orang-orang Orientalis.
  • Ada orang-orang yang belajar agama Islam sampai paham, diamalkan dalam perbuatan sehari-hari, namun dalam hatinya sebenarnya menolak Islam. Ini adalah golongan munafik.
  • Ada orang yang belajar Islam, meyakini Islam, melaksanakan syariat Islam, namun perangainya masih kasar, banyak mazmumah. Artinya pengamalan tasawufnya masih susah. Hatinya sudah menerima Islam, namun masih ada penyakit-penyakit batin di dalam dirinya.
  • Ada orang yang belajar Islam, meyakini Islam, melaksanakan syariat Islam, dan akhlaknya baik. Ini adalah orang yang hatinya sudah bersih dari penyakit-penyakit batin.

Nafsu secara bawaan adalah mengajak hati kepada kejahatan, kecuali nafsu yang sudah terdidik. Nafsu yang jahat juga dapat menjadi jalan bagi syaitan untuk memasukkan bisikan-bisikan ke dalam hati.

Penutup

Pada saat ini yang umum dipelajari orang adalah ilmu melalui akal saja, terutama di sekolah formal dan perguruan tinggi. Di sisi lain, perkara hati ini tidak mendapatkan ilmu hati yang sesuai, sehingga akal maju namun hati jalan di tempat.

Ringkasnya: dari akal sampai ke akal, dari hati sampai ke hati. Ilmu dari buku-buku yang kita baca itu hanya sampai di akal, sedangkan supaya ilmu sampai dihayati di hati perlu teknik tersendiri.

Akal mampu berfikir yang jauh-jauh dan hebat-hebat, namun hati masih banyak mazmumah/sifat jahat. Kita lihat banyak orang pandai, namun kepandaiannya dipakai untuk berbuat jahat. Kalaupun tidak berbuat jahat, kebaikannya tidak dapat mengimbangi kejahatan yang dibuat orang lain, sehingga kehidupan di masyarakat menjadi sangat tidak menyenangkan.

Untuk itu perlulah manusia di hari ini untuk memperbanyak fokus amalan hati, terutama dengan mencari guru Mursyid yang dapat membimbing hati manusia dengan melakukan transfer rasa kepada anak muridnya.